5 Tipe Pembeli Mainan & Cara Terbaik Melayani Mereka
Hai teman-teman, apa kabar? 😉
Setelah sempat vakum menulis selama seminggu karena badan meriang (efek perubahan cuaca), akhirnya pada hari ini saya kembali bisa menulis.
Alhamdulillah, saya juga merasa bersyukur karena kondisi badan kini sudah berangsur membaik.
Topik yang saya bahas kali ini termasuk tema yang ringan (namun penting untuk diketahui).
Ada sebagian tipe pembeli yang enak dan nyaman sekali rasanya melayani mereka.
Apa sebab?
Karena mereka ini ketika menawar harga barang hanya sekedarnya saja (tidak 'sadis'), cara berbicaranya pun juga sopan.
Ada pula sebagian pembeli lainnya yang gemar sekali memborong, kalau sedang berbelanja mainan kayaknya kok nafsu bener gitu. Seolah malah dia yang demen, padahal reaksi anaknya sendiri sih biasa aja wkwkwkwk . (pokoknya saya paling demen dah kalau kedatangan 2 tipe pembeli seperti diatas hehehe ☺)
Namun,,, tidak selamanya karakter pembeli itu selalu menyenangkan seperti diatas lho teman-teman. Bahkan tipe pembeli yang menyenangkan seperti diatas itu, bisa dikatakan jumlahnya sangat sedikit sekali.
Kebanyakan pembeli adalah dari golongan dan tipe yang 'menguji kesabaran' kita. 😂😂
Yup! Saya berkata apa adanya teman-teman. Yaitu berdasarkan pengalaman saya sendiri selama 8 tahun menjalani usaha ini. Jika ada diantara teman-teman yang juga sudah lama bergelut di dunia bisnis mainan, pasti akan meng-amini ucapan saya ini. ☺
Seperti apa sajakah tipe pembeli mainan yang 'menguji kesabaran' kita itu?
Serta bagaimanakah cara terbaik dalam menghadapi dan melayani mereka?
Berikut ini tipe-tipe pembeli yang sering benar-benar 'menguji kesabaran' kita sebagai pedagang. Daftar ini saya buat berdasarkan kriteria ke-umuman, atau dengan kata lain yang paling banyak terjadi.
Diantaranya sebagai berikut dibawah ini.
1. Tipe pembeli Afgan (penawar 'sadis').
2. Tipe pembeli PHP (pemberi harapan palsu).
3. Tipe pembeli Perfeksionis.
4. Tipe pembeli Tukang komplain.
5. Tipe pembeli Tukang membanding-bandingkan dengan harga ditoko online.
Selanjutnya akan saya uraikan secara lebih terperinci lagi masing-masing tipe pembeli diatas. Sekaligus akan saya jabarkan langkah-langkah terbaik/bijaksana dalam menghadapi mereka.
Disebut 'Afgan' karena dulu penyanyi Afgan pernah punya lagu yang sedang hits berjudul Sadis. Jadi apabila ada seller yang bilang : "aduh nawarnya jangan afgan dong", itu maksudnya menawarnya jangan sadis seperti lagunya Afgan hehehe.☺
Tipe pembeli seperti ini memang cukup menguji kesabaran kita, karena tipikal mereka kalau sedang menawar harga seperti 'tanpa perasaan'. Sering diantara mereka kalau menawar harga barang mainpotong dua saja.
Contohnya begini :
Misalkan harga banderol sebuah mobil remote control senilai 250.000 rupiah, Eh dengan entengnya tipe pembeli sadis ini menawar : "kasi 130.000 aja ya bang", atau ada pembeli lain yang nawarnya 'rada rada' mendingan "150.000 ya bang". Ngeselin gak tuh? wkwkwkwk 😂
"Kok ngeselin bang izal? Emang kenapa?"
Ya bagaimana gak ngeselin? Lha wong mobil remote itu modalnya sekitar 155.000 - 165.000an rupiah. Lah kalau dia menawarnya seperti itu, ya jelas tekor bandar saya!. hiks 😢
~Izinkan out of topic sejenak, untuk saya beberkan beberapa fakta yang terjadi. Yaitu dikurun waktu beberapa tahun belakangan ini pada pengusaha mainan offline~.
Kita para pedagang mainan offline saat ini, tidaklah sama kondisinya seperti masa-masa dibawah tahun 2010 yang lalu. Kalau zaman dulu itu memang sangat gurih sekali keuntungan yang diperoleh oleh para pedagang mainan.
Serius lho!
Dulu (era tahun 2010 kebawah) mobil remote control modal Rp.100.000 bisa kita banderol senilai Rp.200.000 sampai Rp.225.000. Kalau ada pembeli yang menawar, mentok-mentok masih bisa fix terjual paling rendah seharga Rp.150.000.
Jadi paling rendah kita masih bisa mendapatkan margin yang lumayan, yaitu Rp.50.000 untuk satu mobil remote control dengan modal Rp.100.000 itu. Tapi itu duluuuuuuuuu,,,,,😂😂, waktu zamannya bisnis online belum meng-invasi dengan ganasnya seperti sekarang ini.
Namun sejak bisnis online makin menggurita dan semakin tajam 'menancapkan kukunya' ke segala lini dunia usaha, semuanya telah berubah drastis. Saat ini semua para pengusaha dan pedagang toko offline mau tidak mau harus menyesuaikan harga jual produknya, agar tidak terpaut terlalu jauh dengan pasaran harga ditoko online.
Oleh karena itulah, saat ini pedagang mainan toko offline hanya bisa mengambil margin di kisaran 30% - 50% saja pada produk yang dijualnya. Margin 30% kita ambil pada produk mainan yang sudah pasaran, dan margin 50% kita tetapkan pada produk mainan tertentu yang cukup jarang ada dipasaran.
Sebenarnya diangka margin 30% - 50% ini pun, kita para pedagang toko offline masih kalah bersaing dengan toko online. Sekedar untuk rekan-rekan pengusaha mainan ketahui, bahwa saat ini toko online hanya mengambil margin keuntungan sekitar 20% sampai 30% saja untuk produknya. Bahkan ada sebagian dari mereka yang lebih 'gila', yaitu mengambil margin hanya diangka 10% hingga 15% saja!
Entahlah,,, memang makin lama semakin terasa berat saja persaingan. Dan kita sebagai pedagang toko offline jelas tidak akan mungkin bisa mengikuti cara mereka (toko online tersebut). Karena pedagang toko offline tentunya harus memperhitungkan tentang biaya sewa toko dan berbagai keperluan operasional lainnya.
Tidak mungkin kita (pengusaha toko offline) ikut-ikutan cara toko online yang berani perang harga tersebut. Kenapa toko online berani perang harga? Karena mereka tidak pernah terbebani oleh berbagai biaya sebagaimana yang ditanggung oleh toko offline tersebut diatas.
Satu-satunya cara ampuh untuk mengimbangi dominasi toko online adalah dengan meningkatkan servis, pelayanan dan keramahan kepada setiap pembeli dan pelanggan toko offline kita. Oleh karena itulah saya katakan diawal tulisan diatas : walau topik kali termasuk 'ringan' namun sangat penting untuk diketahui dan kita bahas secara mendalam!
Demikianlah kondisi faktual pengusaha dan pedagang toko mainan offline saat ini.
Nah,,,berdasarkan kondisi faktual diatas itulah, makanya kita sebagai pengusaha toko offline harus pandai bersikap dan bermain strategi. Agar mampu bersaing menghadapi invasi toko online, maka kita dituntut harus jeli dan cerdas dalam melayani para pembeli ditoko kita.
Intinya kita harus bisa mengambil hati dan terus berusaha bersabar menghadapi semua tingkah polah mereka. Walau terkadang tata cara mereka ketika berbelanja terasa cukup menyebalkan, namun cobalah untuk bersabar. Yang terpenting akhirnya mereka jadi membeli dan duitnya pun sukses masuk ke kantong kita!
Betul apa tidak? hehehe ☺☺☺
Oke,,, sekarang kita kembali fokus kepada si 'Afgan' alias si penawar sadis diatas.
Bagaimanakah sikap dan langkah terbaik jika kita menghadapi tipe pembeli seperti itu?
Ingat satu hal : jangan pernah marah-marah atau bersikap ketus kepada pembeli tersebut! (walaupun ada rasa kesal, namun berusahalah ditahan sekuatnya).
Karena jika sampai kita marah-marah dan berkata ketus kepada pembeli tersebut, dijamin dia akan langsung balik badan dan tidak akan jadi membeli. Bahkan sangat besar kemungkinan selamanya dia tidak akan pernah mau datang lagi ke toko kita! Nah rugi banget kan?
Jadi cobalah berusaha untuk bersabar jika pembeli itu menawar terlalu sadis. Jika emosi telah mampu kita kuasai, selanjutnya barulah kita mulai 'memainkan teknik psikologis'.
'Memainkan teknik psikologis', apa maksudnya?
Baiklah, saya akan mencoba menguraikannya dengan bahasa segamblang mungkin.
Dalam pengalaman saya, jika menghadapi pembeli yang menawar main potong setengah harga seperti diatas. Maka yang pertama kali saya ungkapkan : "Maaf pak/bu,,, kalau minta harganya segitu mah,,, saya malah jadi tekor pak/bu,,,beneran deh, saya berani dosa kalau bohong". (catatan : kita katakan ungkapan seperti ini jika pembeli itu benar-benar menawar dibawah harga ya teman-teman. Kalau pembeli itu menawar secara wajar dan tidak sadis, maka janganlah gunakan ungkapan seperti diatas. Karena itu sama saja malah kita-nya yang berbohong, dan bohong itu dosa serta hasilnya tidak akan pernah menjadi berkah ☺).
Nah setelah mendengar ungkapan diatas, maka secara psikologis si pembeli itu mulai menyadari kalau tawaran dia terlalu rendah. Setelah itu mulai kita mainkan 'jurus psikologis' berikutnya. Yaitu dengan cara mematok harga pas terendah---> yang kita tahu pasti bahwa toko lain pun hanya berani menetapkan harga terendah yang sama dengan nilai tersebut.
Jadi jika mobil remote yang kita banderol seharga Rp.250.000 diatas modalnya Rp.155.000 atau Rp.165.000an, maka tawarkanlah harga pas (Fix) paling bawah kepada pembeli tersebut senilai Rp.210.000 rupiah.
Jadi kita masih bisa mendapatkan margin keuntungan sekitar Rp.55.000 - Rp.45.000.
Dan kita tutup dengan 'kata-kata psikologis' pamungkas terakhir :
"Harga yang saya berikan ini dijamin sudah paling murah pak/bu,,, kalau seandainya masih belum percaya, boleh nanti dibandingkan dengan harga ditoko-toko lain yang barangnya sama persis dengan mobil remote ini,,,,kalau ternyata nanti harga yang saya berikan ini masih lebih mahal daripada toko lain tersebut, bapak/ibu boleh komplain kesini. Jangan lupa dibawa kembali mobil remotenya, dan uang bapak/ibu akan saya kembalikan lagi semuanya"
Selama saya berdagang mainan, diatas itulah jurus dan kata pamungkas paling ampuh yang sering saya gunakan kalau menghadapi pembeli yang sadis dalam menawar.
Dan biasanya 95% transaksi berhasil (akhirnya mereka jadi membeli).
Apa sebab?
Karena secara psikologis pembeli itu sudah yakin bahwa kita memang berkata sungguh-sungguh (dan kenyataannya saya memang tidak berbohong). Oleh karena itulah biasanya si penawar sadis ini akhirnya mau membeli seharga netto (pas) yang saya tawarkan tersebut.
Yang sisa 5% masih belum mau membeli biasanya ada 2 sebab : yaitu karena memang duitnya kurang, dan sebab yang kedua karena dia mau mengecek dulu harganya ke toko lain. Dan ujung-ujungnya sih, (biasanya) besoknya balik lagi untuk membeli produk saya tersebut. ☺☺☺
Nah, apa poin penting dari semua keterangan diatas?
Yaitu betapa pentingnya kita harus bersabar dan mampu bersikap cerdas dalam menghadapi si pembeli 'Afgan' alias penawar sadis seperti diatas.
Sekali lagi saya katakan : poin yang terpenting adalah duitnya berhasil masuk ke kantong kita dan mereka tetap menjadi pelanggan toko mainan kita. Daripada kita marah-marah dan bersikap ketus, akhirnya barang tidak jadi terjual dan pembeli/pelanggan pun menghilang selamanya. Jadi rugi banget 'kan? 😕
Oleh karena itu, berusahalah menjadi pengusaha toko mainan yang smart dan pandai bermain startegi.
Betul apa betul teman-teman? He - he - he ☺
Seorang pedagang mainan merasa sangat sumringah. Penyebabnya karena kedatangan seorang pembeli yang tampak bersemangat memilih mainan untuk kado ulang tahun anaknya.
Setelah kira-kira setengah jam memilih, jatuhlah pilihannya pada 5 buah mainan :
Kemudian si pembeli meminta agar semua mainan itu di tes. Setelah selesai di tes, ternyata semua mainan tersebut berfungsi dengan baik.
Pembeli itu berkata : "Mas,,tolong mainannya disimpan baik-baik ya,,,"
Pedagang mainan : "Lho,,,memangnya kenapa om,,,?"
Pembeli : "Untuk persiapan ulang tahun anak saya 3 bulan lagi, nanti saya beli"
Pedagang mainan : Hhhhhhhhh amsyong!!!
Cerita diatas adalah benar-benar kisah nyata. Kejadiannya waktu diawal tahun pertama saya membuka toko mainan. Saat itu karena belum berpengalaman menghadapi tipe pembeli, makanya saya dengan begitu polosnya mau saja mencoba (tes) semua mainan yang disodorkannya tersebut. Eeeh kagak tahunya cuma di PHP wkwkwkwk 😢
Oleh karena itulah, (mengambil pelajaran dari pengalaman saya tersebut) apabila teman-teman ada kedatangan pembeli yang memilih mainannya lama sekali. Kemudian minta di tes mainan yang ini, minta lagi di tes lagi mainan yang itu, maka ada satu trik untuk menghadapinya.
Yaitu dengan mengatakan/beralasan : "Maaf pak/bu,,, mainan ini didalamnya ada bagian yang bersegel, jadi kalau sudah dibuka/di tes seakan menjadi seperti produk bekas. Jadi mohon dipastikan dulu apakah sudah benar-benar yakin mainan ini yang bapak/ibu pilih?"
Kalau dia menjawab : "Wah kayaknya saya belum yakin mas". Nah kalau dia mengatakan seperti itu maka jangan teman-teman tes dulu produk tersebut, sampai si pembeli itu sudah benar-benar memilih mainan yang sudah Fix pasti akan dia akan beli.
Dengan memakai trik ini maka insya Allah teman-teman tidak akan mengalami kejadian 'dikerjain' alias di PHP pembeli seperti pengalaman saya di atas. ☺
Ada satu lagi tipe pembeli PHP yang lain. Setelah meminta di tes semua produk mainan yang dia pilih, entah kenapa tiba-tiba dia merasa uangnya kurang dan minta izin untuk mengambil duit dulu ke ATM. Nah ini biasanya juga suka bikin PHP alias tidak pernah balik-balik lagi. Soalnya saya juga sudah pengalaman mengalami kejadian seperti itu. Hihihi ☺
Nah agar kita jangan sampai kena PHP oleh orang tipe kedua ini, caranya adalah : ketika dia meminta izin untuk mengambil uang ke ATM, maka mintalah sekedar uang 'tanda jadi' secara sopan kepada pembeli tersebut. Tidak perlu kita minta banyak-banyak, sekedar uang tanda jadi senilai Rp.50.000 atau Rp.30.000 juga tidak apa-apa, yang penting sudah ada 'pengikatnya'.
Dengan adanya uang pembeli tersebut yang telah 'nyangkut' pada kita, maka mau tidak mau pasti dia akan kembali lagi dan membeli semua produk mainan yang telah di tes sebelumnya tadi. Begitu lho triknya teman-teman. hehe ☺☺☺
Tipe pembeli seperti ini cukup nyebelin karena cerewetnya itu lho yang kagak nahan.
Hadeuh!
Kalau sedang beli mobil remote control nih, maka dia meminta untuk dibuka kemasannya. Selanjutnya benar-benar dia teliti sampai ke setiap bagian sudut mobil remote itu. Kalau ada bagian body yang lecet sedikit, atau misalnya ada cat mobil remote itu yang sedikit terkelupas maka dia akan komplain : "Mas kok ini mobil remotenya ada bagian yang lecet?"
Kira-kira bagaimana perasaan teman-teman? Ngeselin gak?
Sudah pasti dalam hati mah kesel bingits! hehehe ☺
Tapi, seperti telah saya bahas pada bagian pertama diatas, walau bagaimanapun ngeselinnya, namun kita tetap tidak boleh menampakan kekesalan kita kepada pembeli tersebut. Jangan lupa dan selalu ingat lagi satu kata 'sakral' : Pembeli adalah Raja! ☺
Nah bagaimanakah cara menghadapi dan meyakinkan tipe pembeli 'perfeksionis' diatas?
Caranya :
Jelaskanlah kepada pembeli itu secara baik-baik, bahwa semua produk mainan impor yang datang ke pusat grosir di asemka itu, semua bagiannya masih terpisah satu sama lainnya.
"Jadi bagian yang mobil remote isinya loose alias polos saja semuanya dalam satu karton/kardus. Bagian mika kemasan juga terdiri dari mika semuanya didalam karton. Bagian 'busa' styrofoam juga khusus semuanya ditempat tersendiri. Begitu seterusnya".
"Jadi karena masing-masing bagian masih terpisah, maka sangat mustahil ketika sejak pendistribusian barang impor datang hingga sampai dikemas kedalam kemasan tidak terkena goresan sedikitpun. Karena kondisi awalnya masih polos (loose) tanpa kemasan pelindung, sehingga pasti rawan terkena sedikit goresan. Dan itu hal wajar.".
Terakhir, ungkapkanlah kata-kata pamungkas secara baik-baik : "Jadi kalau bapak/ibu ingin mencari produk mainan yang benar-benar mulus seperti waktu pertama kali keluar dari pabriknya, maka saya berani jamin bapak/ibu tidak akan pernah bisa mendapatkannya".
Alhamdulillah (selama pengalaman saya berdagang mainan), setelah saya jelaskan secara baik-baik seperti diatas, akhirnya pembeli tersebut paham dan jadi membeli mainan ditoko saya tersebut. ☺
Jadi kunci utamanya kalau menghadapi tipe pembeli 'perfeksionis' ini adalah : kita harus pandai menjelaskan secara baik-baik disertai tutur kata yang sopan. Insya Allah mereka akhirnya akan 'luluh' juga. ☺
Biasanya kejadiannya begini :
Si pembeli ini membeli mainan tembakan airsoft gun, dan mainan itu telah saya tes terlebih dahulu. Setelah di tes, airsoft gun itu berfungsi dengan baik (bisa ditembakan).
Eeeh,,,,,,besoknya si pembeli ini balik lagi ke toko saya dan meng-komplain bahwa tarikan pegas (per kawat/spring) mainan airsoft gun-nya patah. Dan dia meminta digantikan dengan mainan airsoft gun yang baru.
Kira-kira menurut teman-teman ngeselin banget apa nggak?
So pastinya jelas ngeselin banget lah! Hhhhhhhhhhhhhhhhh!!
Lha wong kemarin jelas-jelas sudah di tes dan berfungsi normal kok,,, Lah kalau setelah dipakai dan akhirnya rusak, ya itu jelas karena kesalahan anaknya si pembeli. Biasanya penyebab kerusakan karena tata cara menggunakan airsoft gun-nya kasar dan tidak tepat.
Nah, apa tindakan saya ketika menghadapi pembeli tersebut?
Saya marah-marah dan ngamuk-ngamuk?!!!
Hehehe tentu saja tidaklah teman-teman,,, kenapa saya mesti marah dan ngamuk-ngamuk kalau toh masih ada solusi dan jalan keluarnya.
Saya bersyukur telah ada satu sisi 'kelebihan' yang saya miliki sehingga bisa mengatasi kasus seperti ini. Yaitu saya mempunyai kenalan seorang teman yang ahli memperbaiki semua jenis mainan, termasuk salah satunya bisa men-servis mainan jenis airsoft gun.
Nama tukang servis mainan itu adalah Bang irvan, beliau adalah tetangga saya. Sebenarnya bang irvan ini aslinya adalah ahli servis elektronik. Nah ketika di tahun pertama merintis toko mainan (sekitar 7 tahun lalu), saya sedikit merasa kebingungan dalam menangani mainan yang komponennya rusak karena bawaan dari pabrik. Selain itu saya juga cukup bingung dalam menghadapi mainan rusak yang berasal dari komplain seperti diatas.
Entah datang ilham darimana, saya mendapatkan ide menawari bang irvan untuk memperbaiki setiap mainan saya yang rusak dengan sistem borongan.
Jadi untuk mainan yang rusaknya tidak terlalu parah dan pengerjaannya tidak rumit, saya tawari upah jasa servis Rp.5.000 per item mainan. Dan untuk mainan yang kerusakannya cukup berat, saya berikan jasa upah servis 10.000 - 15.000 Rupiah per itemnya.
Dan ternyata bang irvan setuju! Sehingga sampai sekarang bang irvan ini menjadi tukang servis mainan tetap saya sampai sekarang.
Back to topic pada si pembeli airsoft gun yang sedang komplain diatas.
Daripada kita marah-marah yang akibatnya si pembeli itu tidak akan pernah mau berbelanja lagi ke toko kita, lebih baik kita tawarkan jasa untuk memperbaiki mainan airsoft gun-nya itu.
Katakan kepada pembeli yang komplain tersebut bahwa kita punya teman yang ahli dalam memperbaiki mainan. Dan mintalah pengertian kepada si pembeli tersebut untuk memberikan 'sekedar uang rokok' senilai Rp.15.000 untuk tukang servis kita. (note : biasanya upah servis mainan airsoft gun (spring) adalah senilai 15.000 rupiah).
Kemudian mintalah nomor kontak si pembeli tersebut, sehingga jika nanti mainannya telah selesai di servis maka kita bisa menghubunginya
Selama pengalaman saya menangani kasus komplain ini, bisa dikatakan semua pembeli setuju dengan solusi yang saya berikan. Masalah bisa terselesaikan dengan baik, dan si pembeli itu tetap berlangganan ditoko saya diwaktu selanjutnya.
Bagaimana? Teknik yang cantik bukan teman-teman? hehehe ☺
Oh iya,,,, contoh diatas tidak hanya berlaku untuk mainan airsot gun saja, tapi juga berlaku untuk semua jenis mainan.
Apalagi sekarang mainan airsoft gun sudah dilarang beredar, sehingga saat ini yang sering menjadi bahan komplain biasanya adalah mainan mobil remote control. Biasanya sumber kerusakan adalah karena tombol On-Off yang macet, atau ada bagian kabel terputus sehingga mobil remote controlnya tidak bisa menyala, dan lain-lain. Solusi dan cara jalan keluarnya ya sama seperti contoh diatas. ☺
Kasus komplain ini akan dapat diselesaikan dengan satu syarat : Kita harus punya seorang tukang servis mainan.
Oleh karena itu, bagi teman-teman yang belum punya kenalan seorang tukang servis khusus mainan, maka mulailah mencarinya dari sekarang. ☺
"Ah kok mahal sih mas?! ditoko online aja harganya cuma segini"
"Wah kok mahal banget si bang, saya liat ditoko online harganya cuma segitu kok,,,"
Dan berbagai ucapan senada lainnya yang sering dilontarkan oleh pembeli yang suka membanding-bandingkan harga ini.
Dalam menghadapi tipe pembeli seperti ini jangan sekali-sekali kita ucapkan : Ya udah beli ditoko online aja sono!!
Jangan bersikap kayak gitu ya teman-teman hehehe ☺☺☺
Apa sebab?
Karena dijamin pembeli itu akan langsung balik badan dan tidak akan pernah mau kembali lagi.
Rugi 'kan?
Nah bagaimanakah tindakan yang terbaik untuk menghadapi tipe pembeli seperti ini?
Untuk menghadapi tipe pembeli pembanding harga ini adalah dengan kembali memainkan tutur kata yang dapat mempengaruhi 'nalar dan psikologi' mereka hingga ke bagian terdalam.
Kurang lebih hampir sama caranya dengan menghadapi tipe pembeli pada poin nomor #2 (tipe penawar sadis) diatas, hanya pengucapan dan gaya bahasanya saja yang berbeda.
Katakan kepada mereka : "Bapak/ibu,,,, saya mohon kesediaannya untuk memahami kenapa harga banderol ditoko offline kami ini agak sedikit berbeda dengan harga ditoko online, sebab kami mesti memperhitungkan biaya sewa toko dan berbagai kebutuhan operasional lainnya".
Mendengar tutur kata yang halus dan memohon pengertian seperti diatas, biasanya si pembanding harga mulai melunak hatinya.
Nah kemudian kita lanjutkan kata-kata yang 'mempengaruhi psikologis' berikutnya : "Walau harga ditoko offline seperti kami ini lebih mahal, tapi bapak/ibu akan mendapatkan jaminan dan pelayanan penuh dari kami. Mulai dari pengetesan produk sehingga jelas diketahui telah berfungsi dengan baik. Bahkan jika nanti produk mainan ini rusak, kami bersedia membantu membetulkannya, karena kami memiliki secara khusus seorang tukang servis mainan".
Mendengar penjelasan diatas, biasanya semakin melunak isi hati si pembanding harga tersebut.
Nah, kemudian kita tutup dengan 'kata-kata psikologis' pamungkas : "Sedangkan jika bapak/ibu berbelanja ditoko online, walaupun harganya murah apakah kita bisa mengecek secara detail kondisi produknya? Tidak bisa 'kan? Kalau setelah barang kita terima ternyata kondisinya rusak bagaimana? Malah repot 'kan?"
"Memang betul kita bisa komplain,,, tapi 'kan jadinya kita harus mengirimkan lagi produk itu kepada si seller, dan biasanya biaya kirim ditanggung sendiri oleh bapak/ibu. Apalagi volume kemasan mainan 'kan biasanya besar-besar, bisa bapak/ibu bayangkan berapa total biaya kirim yang mesti dikeluarkan?. Akhirnya,,,,bukannya mendapatkan harga murah, ujung-ujungnya bapak/ibu malah terkena harga mahal juga. Betul tidak?"
Biasanya setelah mendengar semua tutur kata berisi 'kandungan psikologis' diatas, si pembanding harga tersebut menjadi luluh dan akhirnya jadi berbelanja deh ditoko kita. hehehe☺
Tapi dalam menghadapi tipe pembeli pembanding harga ini, kita-nya juga mesti 'nauin' alias 'tahu diri'. Maksudnya : karena si pembeli ini sudah terlanjur tahu harga pasaran produk ditoko online yang memang sudah pada ancur, maka kita berikanlah harga jual terendah yang paling wajar.
Misal jika sebuah mobil remote yang modalnya Rp.150.000 dijual seharga Rp.180.000 ditoko online, maka sebaiknya kita berikan harga jual nett Rp.200.000 kepada si pembeli tersebut.
Jelaskanlah secara baik-baik dengan tutur kata begini : "Saya hanya mampu memberikan harga nett Rp.200.000 kepada bapak/ibu. Memang sedikit lebih mahal Rp.20.000 dibandingkan dengan harga ditoko online, namun anggaplah lebih 20.000 Rupiah itu sebagai pengganti ongkos kirim".
Cukup fair dan adil bukan?
Biasanya 95% dari mereka (tipe pembanding harga ini) mau alias setuju dengan tawaran kita seperti diatas. Dan akhirnya sukses terjual juga deh produk kita tersebut. hehehehe.☺
Nah, apa sebenarnya kunci utama dari semua poin dari nomor #1 sampai #5 diatas?
Kunci utamanya yaitu : kita harus mampu bersabar dan harus pandai berbicara, melobi dan mampu 'berdiplomasi' kepada semua tipe calon pembeli. Makanya seorang pedagang toko offline itu wajib harus punya skill pintar ngomong dan berdiplomasi! hehehe ☺
Demikianlah teman-teman,,,,akhirnya rampung juga saya tulis artikel tentang 5 tipe pembeli mainan dan cara terbaik dalam melayani mereka. Tidak terasa, ternyata sudah panjang lebar sekali saya tulis artikel ini xixixixi ☺.
Semua yang saya tulis diatas adalah berdasarkan pengalaman saya sendiri selama kurang lebih 8 tahun berkecimpung didunia bisnis mainan (sejak 2010).
Besar harapan saya semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Ter-khususnya untuk sesama rekan-rekan pebisnis mainan, dan juga untuk teman-teman yang lain pada umumnya.
Bila teman-teman menyukai tulisan ini, silahkan dishare ulang, sehingga teman-teman kita yang lain dapat pula membaca dan mengambil ilmunya. Dan bagi saya cukuplah semoga diberi balasan amal jariyah ilmu yang bermanfaat.
Semoga sukses selalu untuk teman-teman semuanya.
Salam.
Penulis by : Bang izal.
Setelah sempat vakum menulis selama seminggu karena badan meriang (efek perubahan cuaca), akhirnya pada hari ini saya kembali bisa menulis.
Alhamdulillah, saya juga merasa bersyukur karena kondisi badan kini sudah berangsur membaik.
Topik yang saya bahas kali ini termasuk tema yang ringan (namun penting untuk diketahui).
Yaitu membahas tentang 5 tipe pembeli mainan dan cara terbaik dalam melayani mereka.
Tipe pembeli pastinya bermacam-macam, (dan itu wajar), karena dipengaruhi oleh karakter bawaan si pembeli tersebut. Dan saya cukup lama berkecimpung didunia bisnis mainan, yaitu selama 8 tahun. Oleh karena itulah saya cukup 'fasih' dengan berbagai karakter para pembeli mainan tersebut. 😊
Nah,,, karena karakter para pembeli mainan itu bermacam-macam, disitulah sangat pentingnya bagi kita, agar supaya dapat mengetahui cara terbaik dalam melayani mereka. Ingat pada satu kata 'sakral' :
Pembeli Adalah Raja!
Jadi maksud saya begini : dalam menjalani bisnis mainan, maka PASTI kita akan menemui berbagai karakter pembeli. Itu sudah menjadi suatu keniscayaan, percayalah! Siapa pun pedagangnya, maka pasti akan mengalami dan menghadapinya.Ada sebagian tipe pembeli yang enak dan nyaman sekali rasanya melayani mereka.
Apa sebab?
Karena mereka ini ketika menawar harga barang hanya sekedarnya saja (tidak 'sadis'), cara berbicaranya pun juga sopan.
Ada pula sebagian pembeli lainnya yang gemar sekali memborong, kalau sedang berbelanja mainan kayaknya kok nafsu bener gitu. Seolah malah dia yang demen, padahal reaksi anaknya sendiri sih biasa aja wkwkwkwk . (pokoknya saya paling demen dah kalau kedatangan 2 tipe pembeli seperti diatas hehehe ☺)
Namun,,, tidak selamanya karakter pembeli itu selalu menyenangkan seperti diatas lho teman-teman. Bahkan tipe pembeli yang menyenangkan seperti diatas itu, bisa dikatakan jumlahnya sangat sedikit sekali.
Kebanyakan pembeli adalah dari golongan dan tipe yang 'menguji kesabaran' kita. 😂😂
Yup! Saya berkata apa adanya teman-teman. Yaitu berdasarkan pengalaman saya sendiri selama 8 tahun menjalani usaha ini. Jika ada diantara teman-teman yang juga sudah lama bergelut di dunia bisnis mainan, pasti akan meng-amini ucapan saya ini. ☺
Seperti apa sajakah tipe pembeli mainan yang 'menguji kesabaran' kita itu?
Serta bagaimanakah cara terbaik dalam menghadapi dan melayani mereka?
Berikut ini tipe-tipe pembeli yang sering benar-benar 'menguji kesabaran' kita sebagai pedagang. Daftar ini saya buat berdasarkan kriteria ke-umuman, atau dengan kata lain yang paling banyak terjadi.
Diantaranya sebagai berikut dibawah ini.
1. Tipe pembeli Afgan (penawar 'sadis').
2. Tipe pembeli PHP (pemberi harapan palsu).
3. Tipe pembeli Perfeksionis.
4. Tipe pembeli Tukang komplain.
5. Tipe pembeli Tukang membanding-bandingkan dengan harga ditoko online.
Selanjutnya akan saya uraikan secara lebih terperinci lagi masing-masing tipe pembeli diatas. Sekaligus akan saya jabarkan langkah-langkah terbaik/bijaksana dalam menghadapi mereka.
Rekomendasi artikel : BEBERAPA HAL DAN MASALAH PENTING YANG WAJIB DI KETAHUI OLEH PEBISNIS TOKO MAINAN PEMULADimulai dari :
#1. Tipe pembeli 'Afgan' (penawar 'sadis').
Diantara para pembeli itu ada yang disebut dengan istilah 'Afgan', alias pembeli yang cara menawarnya 'sadis'. Istilah ini sebenarnya dipopulerkan dalam dunia bisnis online.Disebut 'Afgan' karena dulu penyanyi Afgan pernah punya lagu yang sedang hits berjudul Sadis. Jadi apabila ada seller yang bilang : "aduh nawarnya jangan afgan dong", itu maksudnya menawarnya jangan sadis seperti lagunya Afgan hehehe.☺
Tipe pembeli seperti ini memang cukup menguji kesabaran kita, karena tipikal mereka kalau sedang menawar harga seperti 'tanpa perasaan'. Sering diantara mereka kalau menawar harga barang mainpotong dua saja.
Contohnya begini :
Misalkan harga banderol sebuah mobil remote control senilai 250.000 rupiah, Eh dengan entengnya tipe pembeli sadis ini menawar : "kasi 130.000 aja ya bang", atau ada pembeli lain yang nawarnya 'rada rada' mendingan "150.000 ya bang". Ngeselin gak tuh? wkwkwkwk 😂
"Kok ngeselin bang izal? Emang kenapa?"
Ya bagaimana gak ngeselin? Lha wong mobil remote itu modalnya sekitar 155.000 - 165.000an rupiah. Lah kalau dia menawarnya seperti itu, ya jelas tekor bandar saya!. hiks 😢
~Izinkan out of topic sejenak, untuk saya beberkan beberapa fakta yang terjadi. Yaitu dikurun waktu beberapa tahun belakangan ini pada pengusaha mainan offline~.
Kita para pedagang mainan offline saat ini, tidaklah sama kondisinya seperti masa-masa dibawah tahun 2010 yang lalu. Kalau zaman dulu itu memang sangat gurih sekali keuntungan yang diperoleh oleh para pedagang mainan.
Serius lho!
Dulu (era tahun 2010 kebawah) mobil remote control modal Rp.100.000 bisa kita banderol senilai Rp.200.000 sampai Rp.225.000. Kalau ada pembeli yang menawar, mentok-mentok masih bisa fix terjual paling rendah seharga Rp.150.000.
Jadi paling rendah kita masih bisa mendapatkan margin yang lumayan, yaitu Rp.50.000 untuk satu mobil remote control dengan modal Rp.100.000 itu. Tapi itu duluuuuuuuuu,,,,,😂😂, waktu zamannya bisnis online belum meng-invasi dengan ganasnya seperti sekarang ini.
Namun sejak bisnis online makin menggurita dan semakin tajam 'menancapkan kukunya' ke segala lini dunia usaha, semuanya telah berubah drastis. Saat ini semua para pengusaha dan pedagang toko offline mau tidak mau harus menyesuaikan harga jual produknya, agar tidak terpaut terlalu jauh dengan pasaran harga ditoko online.
Oleh karena itulah, saat ini pedagang mainan toko offline hanya bisa mengambil margin di kisaran 30% - 50% saja pada produk yang dijualnya. Margin 30% kita ambil pada produk mainan yang sudah pasaran, dan margin 50% kita tetapkan pada produk mainan tertentu yang cukup jarang ada dipasaran.
Sebenarnya diangka margin 30% - 50% ini pun, kita para pedagang toko offline masih kalah bersaing dengan toko online. Sekedar untuk rekan-rekan pengusaha mainan ketahui, bahwa saat ini toko online hanya mengambil margin keuntungan sekitar 20% sampai 30% saja untuk produknya. Bahkan ada sebagian dari mereka yang lebih 'gila', yaitu mengambil margin hanya diangka 10% hingga 15% saja!
Entahlah,,, memang makin lama semakin terasa berat saja persaingan. Dan kita sebagai pedagang toko offline jelas tidak akan mungkin bisa mengikuti cara mereka (toko online tersebut). Karena pedagang toko offline tentunya harus memperhitungkan tentang biaya sewa toko dan berbagai keperluan operasional lainnya.
Tidak mungkin kita (pengusaha toko offline) ikut-ikutan cara toko online yang berani perang harga tersebut. Kenapa toko online berani perang harga? Karena mereka tidak pernah terbebani oleh berbagai biaya sebagaimana yang ditanggung oleh toko offline tersebut diatas.
Satu-satunya cara ampuh untuk mengimbangi dominasi toko online adalah dengan meningkatkan servis, pelayanan dan keramahan kepada setiap pembeli dan pelanggan toko offline kita. Oleh karena itulah saya katakan diawal tulisan diatas : walau topik kali termasuk 'ringan' namun sangat penting untuk diketahui dan kita bahas secara mendalam!
Rekomendasi artikel : INVASI TOKO ONLINE, TOKO OFFLINE HARUSKAH MATI (SURI)?
Demikianlah kondisi faktual pengusaha dan pedagang toko mainan offline saat ini.
Nah,,,berdasarkan kondisi faktual diatas itulah, makanya kita sebagai pengusaha toko offline harus pandai bersikap dan bermain strategi. Agar mampu bersaing menghadapi invasi toko online, maka kita dituntut harus jeli dan cerdas dalam melayani para pembeli ditoko kita.
Intinya kita harus bisa mengambil hati dan terus berusaha bersabar menghadapi semua tingkah polah mereka. Walau terkadang tata cara mereka ketika berbelanja terasa cukup menyebalkan, namun cobalah untuk bersabar. Yang terpenting akhirnya mereka jadi membeli dan duitnya pun sukses masuk ke kantong kita!
Betul apa tidak? hehehe ☺☺☺
Oke,,, sekarang kita kembali fokus kepada si 'Afgan' alias si penawar sadis diatas.
Bagaimanakah sikap dan langkah terbaik jika kita menghadapi tipe pembeli seperti itu?
Ingat satu hal : jangan pernah marah-marah atau bersikap ketus kepada pembeli tersebut! (walaupun ada rasa kesal, namun berusahalah ditahan sekuatnya).
Karena jika sampai kita marah-marah dan berkata ketus kepada pembeli tersebut, dijamin dia akan langsung balik badan dan tidak akan jadi membeli. Bahkan sangat besar kemungkinan selamanya dia tidak akan pernah mau datang lagi ke toko kita! Nah rugi banget kan?
Jadi cobalah berusaha untuk bersabar jika pembeli itu menawar terlalu sadis. Jika emosi telah mampu kita kuasai, selanjutnya barulah kita mulai 'memainkan teknik psikologis'.
'Memainkan teknik psikologis', apa maksudnya?
Baiklah, saya akan mencoba menguraikannya dengan bahasa segamblang mungkin.
Dalam pengalaman saya, jika menghadapi pembeli yang menawar main potong setengah harga seperti diatas. Maka yang pertama kali saya ungkapkan : "Maaf pak/bu,,, kalau minta harganya segitu mah,,, saya malah jadi tekor pak/bu,,,beneran deh, saya berani dosa kalau bohong". (catatan : kita katakan ungkapan seperti ini jika pembeli itu benar-benar menawar dibawah harga ya teman-teman. Kalau pembeli itu menawar secara wajar dan tidak sadis, maka janganlah gunakan ungkapan seperti diatas. Karena itu sama saja malah kita-nya yang berbohong, dan bohong itu dosa serta hasilnya tidak akan pernah menjadi berkah ☺).
Nah setelah mendengar ungkapan diatas, maka secara psikologis si pembeli itu mulai menyadari kalau tawaran dia terlalu rendah. Setelah itu mulai kita mainkan 'jurus psikologis' berikutnya. Yaitu dengan cara mematok harga pas terendah---> yang kita tahu pasti bahwa toko lain pun hanya berani menetapkan harga terendah yang sama dengan nilai tersebut.
Jadi jika mobil remote yang kita banderol seharga Rp.250.000 diatas modalnya Rp.155.000 atau Rp.165.000an, maka tawarkanlah harga pas (Fix) paling bawah kepada pembeli tersebut senilai Rp.210.000 rupiah.
Jadi kita masih bisa mendapatkan margin keuntungan sekitar Rp.55.000 - Rp.45.000.
Dan kita tutup dengan 'kata-kata psikologis' pamungkas terakhir :
"Harga yang saya berikan ini dijamin sudah paling murah pak/bu,,, kalau seandainya masih belum percaya, boleh nanti dibandingkan dengan harga ditoko-toko lain yang barangnya sama persis dengan mobil remote ini,,,,kalau ternyata nanti harga yang saya berikan ini masih lebih mahal daripada toko lain tersebut, bapak/ibu boleh komplain kesini. Jangan lupa dibawa kembali mobil remotenya, dan uang bapak/ibu akan saya kembalikan lagi semuanya"
Selama saya berdagang mainan, diatas itulah jurus dan kata pamungkas paling ampuh yang sering saya gunakan kalau menghadapi pembeli yang sadis dalam menawar.
Dan biasanya 95% transaksi berhasil (akhirnya mereka jadi membeli).
Apa sebab?
Karena secara psikologis pembeli itu sudah yakin bahwa kita memang berkata sungguh-sungguh (dan kenyataannya saya memang tidak berbohong). Oleh karena itulah biasanya si penawar sadis ini akhirnya mau membeli seharga netto (pas) yang saya tawarkan tersebut.
Yang sisa 5% masih belum mau membeli biasanya ada 2 sebab : yaitu karena memang duitnya kurang, dan sebab yang kedua karena dia mau mengecek dulu harganya ke toko lain. Dan ujung-ujungnya sih, (biasanya) besoknya balik lagi untuk membeli produk saya tersebut. ☺☺☺
Nah, apa poin penting dari semua keterangan diatas?
Yaitu betapa pentingnya kita harus bersabar dan mampu bersikap cerdas dalam menghadapi si pembeli 'Afgan' alias penawar sadis seperti diatas.
Sekali lagi saya katakan : poin yang terpenting adalah duitnya berhasil masuk ke kantong kita dan mereka tetap menjadi pelanggan toko mainan kita. Daripada kita marah-marah dan bersikap ketus, akhirnya barang tidak jadi terjual dan pembeli/pelanggan pun menghilang selamanya. Jadi rugi banget 'kan? 😕
Oleh karena itu, berusahalah menjadi pengusaha toko mainan yang smart dan pandai bermain startegi.
Betul apa betul teman-teman? He - he - he ☺
Rekomendasi artikel : CARA MENENTUKAN MARGIN KEUNTUNGAN BISNIS MAINAN DAN TRIK MENGHADAPI PERSAINGAN HARGA
#2. Tipe pembeli PHP (pemberi harapan palsu).
Mari kita simak sejenak cerita dan dialog singkat dibawah ini :Seorang pedagang mainan merasa sangat sumringah. Penyebabnya karena kedatangan seorang pembeli yang tampak bersemangat memilih mainan untuk kado ulang tahun anaknya.
Setelah kira-kira setengah jam memilih, jatuhlah pilihannya pada 5 buah mainan :
- -Mobil remot tipe Quick Drive (QD).
- -Game PVP.
- - Tamiya Auldey.
- - Baterai cas.
- -Sebuah alat pengecas baterai.
Kemudian si pembeli meminta agar semua mainan itu di tes. Setelah selesai di tes, ternyata semua mainan tersebut berfungsi dengan baik.
Pembeli itu berkata : "Mas,,tolong mainannya disimpan baik-baik ya,,,"
Pedagang mainan : "Lho,,,memangnya kenapa om,,,?"
Pembeli : "Untuk persiapan ulang tahun anak saya 3 bulan lagi, nanti saya beli"
Pedagang mainan : Hhhhhhhhh amsyong!!!
Cerita diatas adalah benar-benar kisah nyata. Kejadiannya waktu diawal tahun pertama saya membuka toko mainan. Saat itu karena belum berpengalaman menghadapi tipe pembeli, makanya saya dengan begitu polosnya mau saja mencoba (tes) semua mainan yang disodorkannya tersebut. Eeeh kagak tahunya cuma di PHP wkwkwkwk 😢
Oleh karena itulah, (mengambil pelajaran dari pengalaman saya tersebut) apabila teman-teman ada kedatangan pembeli yang memilih mainannya lama sekali. Kemudian minta di tes mainan yang ini, minta lagi di tes lagi mainan yang itu, maka ada satu trik untuk menghadapinya.
Yaitu dengan mengatakan/beralasan : "Maaf pak/bu,,, mainan ini didalamnya ada bagian yang bersegel, jadi kalau sudah dibuka/di tes seakan menjadi seperti produk bekas. Jadi mohon dipastikan dulu apakah sudah benar-benar yakin mainan ini yang bapak/ibu pilih?"
Kalau dia menjawab : "Wah kayaknya saya belum yakin mas". Nah kalau dia mengatakan seperti itu maka jangan teman-teman tes dulu produk tersebut, sampai si pembeli itu sudah benar-benar memilih mainan yang sudah Fix pasti akan dia akan beli.
Dengan memakai trik ini maka insya Allah teman-teman tidak akan mengalami kejadian 'dikerjain' alias di PHP pembeli seperti pengalaman saya di atas. ☺
Ada satu lagi tipe pembeli PHP yang lain. Setelah meminta di tes semua produk mainan yang dia pilih, entah kenapa tiba-tiba dia merasa uangnya kurang dan minta izin untuk mengambil duit dulu ke ATM. Nah ini biasanya juga suka bikin PHP alias tidak pernah balik-balik lagi. Soalnya saya juga sudah pengalaman mengalami kejadian seperti itu. Hihihi ☺
Nah agar kita jangan sampai kena PHP oleh orang tipe kedua ini, caranya adalah : ketika dia meminta izin untuk mengambil uang ke ATM, maka mintalah sekedar uang 'tanda jadi' secara sopan kepada pembeli tersebut. Tidak perlu kita minta banyak-banyak, sekedar uang tanda jadi senilai Rp.50.000 atau Rp.30.000 juga tidak apa-apa, yang penting sudah ada 'pengikatnya'.
Dengan adanya uang pembeli tersebut yang telah 'nyangkut' pada kita, maka mau tidak mau pasti dia akan kembali lagi dan membeli semua produk mainan yang telah di tes sebelumnya tadi. Begitu lho triknya teman-teman. hehe ☺☺☺
Rekomendasi artikel : PUSAT GROSIR MAINAN ANAK DI JAKARTA Bagian 1 (Pasar Pagi Asemka)
#3. Tipe pembeli Perfeksionis.
Saya pernah pula beberapa kali menghadapi tipe pembeli yang 'perfeksionis'. Yaitu tipikal pembeli yang maunya setiap produk mainan yang dia beli harus benar-benar sempurna, mulus tanpa ada cacat celanya.Tipe pembeli seperti ini cukup nyebelin karena cerewetnya itu lho yang kagak nahan.
Hadeuh!
Kalau sedang beli mobil remote control nih, maka dia meminta untuk dibuka kemasannya. Selanjutnya benar-benar dia teliti sampai ke setiap bagian sudut mobil remote itu. Kalau ada bagian body yang lecet sedikit, atau misalnya ada cat mobil remote itu yang sedikit terkelupas maka dia akan komplain : "Mas kok ini mobil remotenya ada bagian yang lecet?"
Kira-kira bagaimana perasaan teman-teman? Ngeselin gak?
Sudah pasti dalam hati mah kesel bingits! hehehe ☺
Tapi, seperti telah saya bahas pada bagian pertama diatas, walau bagaimanapun ngeselinnya, namun kita tetap tidak boleh menampakan kekesalan kita kepada pembeli tersebut. Jangan lupa dan selalu ingat lagi satu kata 'sakral' : Pembeli adalah Raja! ☺
Nah bagaimanakah cara menghadapi dan meyakinkan tipe pembeli 'perfeksionis' diatas?
Caranya :
Jelaskanlah kepada pembeli itu secara baik-baik, bahwa semua produk mainan impor yang datang ke pusat grosir di asemka itu, semua bagiannya masih terpisah satu sama lainnya.
"Jadi bagian yang mobil remote isinya loose alias polos saja semuanya dalam satu karton/kardus. Bagian mika kemasan juga terdiri dari mika semuanya didalam karton. Bagian 'busa' styrofoam juga khusus semuanya ditempat tersendiri. Begitu seterusnya".
"Jadi karena masing-masing bagian masih terpisah, maka sangat mustahil ketika sejak pendistribusian barang impor datang hingga sampai dikemas kedalam kemasan tidak terkena goresan sedikitpun. Karena kondisi awalnya masih polos (loose) tanpa kemasan pelindung, sehingga pasti rawan terkena sedikit goresan. Dan itu hal wajar.".
Terakhir, ungkapkanlah kata-kata pamungkas secara baik-baik : "Jadi kalau bapak/ibu ingin mencari produk mainan yang benar-benar mulus seperti waktu pertama kali keluar dari pabriknya, maka saya berani jamin bapak/ibu tidak akan pernah bisa mendapatkannya".
Alhamdulillah (selama pengalaman saya berdagang mainan), setelah saya jelaskan secara baik-baik seperti diatas, akhirnya pembeli tersebut paham dan jadi membeli mainan ditoko saya tersebut. ☺
Jadi kunci utamanya kalau menghadapi tipe pembeli 'perfeksionis' ini adalah : kita harus pandai menjelaskan secara baik-baik disertai tutur kata yang sopan. Insya Allah mereka akhirnya akan 'luluh' juga. ☺
Rekomendasi artikel : PUSAT GROSIR MAINAN ANAK DI JAKARTA Bagian 2 (Pasar Senen)
#4. Tipe pembeli Tukang komplain.
Saya pernah juga menghadapi tipe pembeli yang suka sekali meng-komplain produk yang sudah dibelinya.Biasanya kejadiannya begini :
Si pembeli ini membeli mainan tembakan airsoft gun, dan mainan itu telah saya tes terlebih dahulu. Setelah di tes, airsoft gun itu berfungsi dengan baik (bisa ditembakan).
Eeeh,,,,,,besoknya si pembeli ini balik lagi ke toko saya dan meng-komplain bahwa tarikan pegas (per kawat/spring) mainan airsoft gun-nya patah. Dan dia meminta digantikan dengan mainan airsoft gun yang baru.
Kira-kira menurut teman-teman ngeselin banget apa nggak?
So pastinya jelas ngeselin banget lah! Hhhhhhhhhhhhhhhhh!!
Lha wong kemarin jelas-jelas sudah di tes dan berfungsi normal kok,,, Lah kalau setelah dipakai dan akhirnya rusak, ya itu jelas karena kesalahan anaknya si pembeli. Biasanya penyebab kerusakan karena tata cara menggunakan airsoft gun-nya kasar dan tidak tepat.
Nah, apa tindakan saya ketika menghadapi pembeli tersebut?
Saya marah-marah dan ngamuk-ngamuk?!!!
Hehehe tentu saja tidaklah teman-teman,,, kenapa saya mesti marah dan ngamuk-ngamuk kalau toh masih ada solusi dan jalan keluarnya.
Rekomendasi artikel : SOLUSI UNTUK PRODUK TOKO MAINAN YG RUSAK (Kolam/Kuda Karet Bocor, Mobil Remote, dll)
Saya bersyukur telah ada satu sisi 'kelebihan' yang saya miliki sehingga bisa mengatasi kasus seperti ini. Yaitu saya mempunyai kenalan seorang teman yang ahli memperbaiki semua jenis mainan, termasuk salah satunya bisa men-servis mainan jenis airsoft gun.
Nama tukang servis mainan itu adalah Bang irvan, beliau adalah tetangga saya. Sebenarnya bang irvan ini aslinya adalah ahli servis elektronik. Nah ketika di tahun pertama merintis toko mainan (sekitar 7 tahun lalu), saya sedikit merasa kebingungan dalam menangani mainan yang komponennya rusak karena bawaan dari pabrik. Selain itu saya juga cukup bingung dalam menghadapi mainan rusak yang berasal dari komplain seperti diatas.
Entah datang ilham darimana, saya mendapatkan ide menawari bang irvan untuk memperbaiki setiap mainan saya yang rusak dengan sistem borongan.
Jadi untuk mainan yang rusaknya tidak terlalu parah dan pengerjaannya tidak rumit, saya tawari upah jasa servis Rp.5.000 per item mainan. Dan untuk mainan yang kerusakannya cukup berat, saya berikan jasa upah servis 10.000 - 15.000 Rupiah per itemnya.
Dan ternyata bang irvan setuju! Sehingga sampai sekarang bang irvan ini menjadi tukang servis mainan tetap saya sampai sekarang.
Back to topic pada si pembeli airsoft gun yang sedang komplain diatas.
Daripada kita marah-marah yang akibatnya si pembeli itu tidak akan pernah mau berbelanja lagi ke toko kita, lebih baik kita tawarkan jasa untuk memperbaiki mainan airsoft gun-nya itu.
Katakan kepada pembeli yang komplain tersebut bahwa kita punya teman yang ahli dalam memperbaiki mainan. Dan mintalah pengertian kepada si pembeli tersebut untuk memberikan 'sekedar uang rokok' senilai Rp.15.000 untuk tukang servis kita. (note : biasanya upah servis mainan airsoft gun (spring) adalah senilai 15.000 rupiah).
Kemudian mintalah nomor kontak si pembeli tersebut, sehingga jika nanti mainannya telah selesai di servis maka kita bisa menghubunginya
Selama pengalaman saya menangani kasus komplain ini, bisa dikatakan semua pembeli setuju dengan solusi yang saya berikan. Masalah bisa terselesaikan dengan baik, dan si pembeli itu tetap berlangganan ditoko saya diwaktu selanjutnya.
Bagaimana? Teknik yang cantik bukan teman-teman? hehehe ☺
Oh iya,,,, contoh diatas tidak hanya berlaku untuk mainan airsot gun saja, tapi juga berlaku untuk semua jenis mainan.
Apalagi sekarang mainan airsoft gun sudah dilarang beredar, sehingga saat ini yang sering menjadi bahan komplain biasanya adalah mainan mobil remote control. Biasanya sumber kerusakan adalah karena tombol On-Off yang macet, atau ada bagian kabel terputus sehingga mobil remote controlnya tidak bisa menyala, dan lain-lain. Solusi dan cara jalan keluarnya ya sama seperti contoh diatas. ☺
Kasus komplain ini akan dapat diselesaikan dengan satu syarat : Kita harus punya seorang tukang servis mainan.
Oleh karena itu, bagi teman-teman yang belum punya kenalan seorang tukang servis khusus mainan, maka mulailah mencarinya dari sekarang. ☺
Rekomendasi artikel : PUSAT GROSIR MAINAN ANAK DI JAKARTA Bagian 3 (Pasar gembrong)
#5. Tipe pembeli Tukang membanding-bandingkan dengan harga ditoko online.
Ini tipe pembeli lainnya yang tidak kalah 'menyebalkan', karena suka sekali membanding-bandingkan barang ditoko kita dengan harga produk ditoko online."Ah kok mahal sih mas?! ditoko online aja harganya cuma segini"
"Wah kok mahal banget si bang, saya liat ditoko online harganya cuma segitu kok,,,"
Dan berbagai ucapan senada lainnya yang sering dilontarkan oleh pembeli yang suka membanding-bandingkan harga ini.
Dalam menghadapi tipe pembeli seperti ini jangan sekali-sekali kita ucapkan : Ya udah beli ditoko online aja sono!!
Jangan bersikap kayak gitu ya teman-teman hehehe ☺☺☺
Apa sebab?
Karena dijamin pembeli itu akan langsung balik badan dan tidak akan pernah mau kembali lagi.
Rugi 'kan?
Nah bagaimanakah tindakan yang terbaik untuk menghadapi tipe pembeli seperti ini?
Untuk menghadapi tipe pembeli pembanding harga ini adalah dengan kembali memainkan tutur kata yang dapat mempengaruhi 'nalar dan psikologi' mereka hingga ke bagian terdalam.
Kurang lebih hampir sama caranya dengan menghadapi tipe pembeli pada poin nomor #2 (tipe penawar sadis) diatas, hanya pengucapan dan gaya bahasanya saja yang berbeda.
Katakan kepada mereka : "Bapak/ibu,,,, saya mohon kesediaannya untuk memahami kenapa harga banderol ditoko offline kami ini agak sedikit berbeda dengan harga ditoko online, sebab kami mesti memperhitungkan biaya sewa toko dan berbagai kebutuhan operasional lainnya".
Mendengar tutur kata yang halus dan memohon pengertian seperti diatas, biasanya si pembanding harga mulai melunak hatinya.
Nah kemudian kita lanjutkan kata-kata yang 'mempengaruhi psikologis' berikutnya : "Walau harga ditoko offline seperti kami ini lebih mahal, tapi bapak/ibu akan mendapatkan jaminan dan pelayanan penuh dari kami. Mulai dari pengetesan produk sehingga jelas diketahui telah berfungsi dengan baik. Bahkan jika nanti produk mainan ini rusak, kami bersedia membantu membetulkannya, karena kami memiliki secara khusus seorang tukang servis mainan".
Mendengar penjelasan diatas, biasanya semakin melunak isi hati si pembanding harga tersebut.
Nah, kemudian kita tutup dengan 'kata-kata psikologis' pamungkas : "Sedangkan jika bapak/ibu berbelanja ditoko online, walaupun harganya murah apakah kita bisa mengecek secara detail kondisi produknya? Tidak bisa 'kan? Kalau setelah barang kita terima ternyata kondisinya rusak bagaimana? Malah repot 'kan?"
"Memang betul kita bisa komplain,,, tapi 'kan jadinya kita harus mengirimkan lagi produk itu kepada si seller, dan biasanya biaya kirim ditanggung sendiri oleh bapak/ibu. Apalagi volume kemasan mainan 'kan biasanya besar-besar, bisa bapak/ibu bayangkan berapa total biaya kirim yang mesti dikeluarkan?. Akhirnya,,,,bukannya mendapatkan harga murah, ujung-ujungnya bapak/ibu malah terkena harga mahal juga. Betul tidak?"
Biasanya setelah mendengar semua tutur kata berisi 'kandungan psikologis' diatas, si pembanding harga tersebut menjadi luluh dan akhirnya jadi berbelanja deh ditoko kita. hehehe☺
Tapi dalam menghadapi tipe pembeli pembanding harga ini, kita-nya juga mesti 'nauin' alias 'tahu diri'. Maksudnya : karena si pembeli ini sudah terlanjur tahu harga pasaran produk ditoko online yang memang sudah pada ancur, maka kita berikanlah harga jual terendah yang paling wajar.
Misal jika sebuah mobil remote yang modalnya Rp.150.000 dijual seharga Rp.180.000 ditoko online, maka sebaiknya kita berikan harga jual nett Rp.200.000 kepada si pembeli tersebut.
Jelaskanlah secara baik-baik dengan tutur kata begini : "Saya hanya mampu memberikan harga nett Rp.200.000 kepada bapak/ibu. Memang sedikit lebih mahal Rp.20.000 dibandingkan dengan harga ditoko online, namun anggaplah lebih 20.000 Rupiah itu sebagai pengganti ongkos kirim".
Cukup fair dan adil bukan?
Biasanya 95% dari mereka (tipe pembanding harga ini) mau alias setuju dengan tawaran kita seperti diatas. Dan akhirnya sukses terjual juga deh produk kita tersebut. hehehehe.☺
Rekomendasi artikel : Perang Harga di Toko Online (dan Offline) Semakin Marak Terjadi (Adakah Solusinya?)
Nah, apa sebenarnya kunci utama dari semua poin dari nomor #1 sampai #5 diatas?
Kunci utamanya yaitu : kita harus mampu bersabar dan harus pandai berbicara, melobi dan mampu 'berdiplomasi' kepada semua tipe calon pembeli. Makanya seorang pedagang toko offline itu wajib harus punya skill pintar ngomong dan berdiplomasi! hehehe ☺
Demikianlah teman-teman,,,,akhirnya rampung juga saya tulis artikel tentang 5 tipe pembeli mainan dan cara terbaik dalam melayani mereka. Tidak terasa, ternyata sudah panjang lebar sekali saya tulis artikel ini xixixixi ☺.
Semua yang saya tulis diatas adalah berdasarkan pengalaman saya sendiri selama kurang lebih 8 tahun berkecimpung didunia bisnis mainan (sejak 2010).
Besar harapan saya semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Ter-khususnya untuk sesama rekan-rekan pebisnis mainan, dan juga untuk teman-teman yang lain pada umumnya.
Bila teman-teman menyukai tulisan ini, silahkan dishare ulang, sehingga teman-teman kita yang lain dapat pula membaca dan mengambil ilmunya. Dan bagi saya cukuplah semoga diberi balasan amal jariyah ilmu yang bermanfaat.
Semoga sukses selalu untuk teman-teman semuanya.
Salam.
Penulis by : Bang izal.
Tidak berbeda jauh dengan apa yang pernah dialami bang Izal Toys, saya sendiri 7 tahun jadi pedagang sembako pahit asemnya pengalaman udah pernah ngerasain, dan ke 5 tipe pembeli seperti itu salah satunya. Haha jadi inget waktu pertama terjun jadi pedagang.
ReplyDeleteTerimakasih sudah berbagi rasanya hari ini saya dapat inspirasi. 😀
Hehehehe sebuah pengalaman yg sangat berharga ya om,,,, :D
DeleteSemoga usaha sembakonya makin sukses ya :)
Waaahhh pengalaman tersebut pernah saya alami.
ReplyDeleteTp saya tidak sesabar Bang Izal dalam menghadapi pelanggan 'angel dan wuled' itu.
Walhasil memang toko saya jadi sepi ðŸ˜
Rupanya saya masih harus banyak belajar...
Kita sama2 masih belajar kok om hehe :)
DeleteSemoga usahanya selalu lancar ya,,, Aammiin.