Catatan Perjalanan Usahaku Bagian 9 (Masa Depresi)
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah ta'ala atas segala karunia yang telah di berikanNya. Setelah melewati masa-masa sulit dan perjuangan yang sangat panjang, Akhirnya Dia membukakan jalan dan pintu rezeki kepada saya.
Saat ini bisnis toko mainan offline Rc. Toys bisa dikatakan sudah stabil. Baik dari segi pondasi finansial (modal) maupun pondasi jaringan (langganan tetap toko). Saya hanya tinggal menikmati hasilnya saja, sambil terus mengembangkan usaha ke bidang yang lain.
Toko mainan online Bang Izal Toy's juga telah mulai berdiri sejak 3 tahun yang lalu.
Dan sekarang ini, saya sedang merintis blog pribadi dengan nama yang sama dengan toko online saya, yaitu Bang Izal Toy.com, dan ternyata perkembangannya juga sangat menggembirakan! ☺
Alhamdulillah!
Tapi menjelang terbukanya pintu rezeki (jalan keberhasilan mulai terbuka sejak saya mulai buka toko mainan dan mendapatkan lokasi yang strategis di tahun 2010), saya sempat memasuki masa-masa Depresi, anti klimaks bahkan ke titik nadir.
Yg membuat saya harus menjalani rawat jalan ke dokter pskiater di RSJ. Prof. HB. Saanin daerah Gadut kota Padang.
Pasti semua teman-teman sontak kaget dan heran ya? hehehehe ☺☺☺
"Hah??? Bang izal pernah rawat jalan di RSJ???"
"Mosok Seeeeh???"
Yup! Saya jawab dengan tegas, 100 persen betul! ☺☺
Pasti ada di antara teman-teman yang bertanya lagi, "Emang sebabnya kenapa bang izal?"
Sabaaaar,,,, nanti akan saya jelaskan semua kronologis dan penyebabnya. ☺
Nah,,, teman-teman, pada artikel catatan perjalanan bagian ke-8 yang lalu, telah saya ceritakan bahwa di setiap usaha yang saya rintis (sebagian idenya ada yang orisinil dari saya) selalu berkali-kali mengalami kegagalan.
Penyebab kegagalan bukanlah karena ulah saya, tapi ada orang lain yang selalu menjadi virus dan menggerogoti setiap usaha yang saya jalani. Yaitu karena selalu saja ada orang yang merusak harga pasaran.
Baiklah, kisahnya kita lanjut!
Memasuki awal tahun 2007 itu, bisa dikatakan adalah puncak atau antiklimaks dari semua perjuangan saya.
Teman,,,, mulai dari artikel catatan perjalanan usaha seri ke 1 sampai seri ke 8, saya tidak terlalu banyak mengulas masalah yang menyangkut persoalan pribadi. Hanya sekelumit saja yang saya ceritakan pada catatan perjalanan usaha seri ke 1.
Teman-teman masih ingatkah isi catatan itu?
Yaitu suatu paham atau doktrin (yang salah kaprah) pada orang-orang tua terdahulu (khususnya tukang jahit) yang terlalu membebankan masalah dan tanggung jawab kepada anak-anaknya.
Dengan alasan, katanya anak harus berbakti kepada orang tua. Tapi sayangnya tidak seimbang antara tuntutan kewajiban si anak dengan hak sang anak.
Seperti yang saya alami, tiada henti-hentinya harus bekerja keras semenjak dari masa remaja (umur 15 tahu) sampai memasuki masa dewasa. Sehingga tanpa sadar ada bagian yang 'hilang' dalam diri saya. Ada semacam rasa yang asing sekali, yang sulit dilukiskan dan dijelaskan dengan kata-kata.
Saya (hampir) tidak pernah menjalani keindahan masa remaja. Setiap waktu selalu berjibaku dengan berbagai permasalahan hidup (kesulitan materi).
Karena begitu beratnya kesulitan hidup (pada saat itu), sehingga semua masa indah saat remaja itu harus rela saya korbankan.
Mungkin ada di antara teman-teman yang kurang mengerti maksudnya, karena bisa jadi disebabkan belum membaca catatan perjalanan saya ini secara utuh dari awal.
Oleh karena itu, berikut ini kembali saya lampirkan link terkait, yaitu seri pertama dari catatan ini : CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 1 (Menjadi tukang jahit)
Sekedar saran,,,,sebaiknya teman-teman baca dulu link diatas, supaya kisah dan jalan ceritanya bisa nyambung, tapi bagi yang sudah pernah membacanya, ya di abaikan saja. ☺
Baiklah, perjalanan kembali kita lanjut!
Saat memutuskan merantau ke Padang (setelah acara hajatan adik saya) di tahun 2007 itu, kepala saya sudah mulai sering terasa sakit. Seperti mau pecah saja rasanya.
Demikianlah keadaan saya selama dikota padang itu, benar-benar berada dipuncak titik nadir. Terkumpul semua rasa lelah, capek, sedih, depresi, dan seolah seperti orang yg terbuang.
Ya apa boleh buat!
Saya tidak punya pilihan lain selain bersabar!
Kenyataan harus tetap dihadapi!
Apakah saya ada pilihan lain?
Apakah lantas saya harus menyerah?
Menyalahkan nasib?
Atau malah menyalahkan Tuhan??
Penyebab kegagalan bukanlah karena ulah saya, tapi ada orang lain yang selalu menjadi virus dan menggerogoti setiap usaha yang saya jalani. Yaitu karena selalu saja ada orang yang merusak harga pasaran.
Baiklah, kisahnya kita lanjut!
Memasuki awal tahun 2007 itu, bisa dikatakan adalah puncak atau antiklimaks dari semua perjuangan saya.
Teman,,,, mulai dari artikel catatan perjalanan usaha seri ke 1 sampai seri ke 8, saya tidak terlalu banyak mengulas masalah yang menyangkut persoalan pribadi. Hanya sekelumit saja yang saya ceritakan pada catatan perjalanan usaha seri ke 1.
Teman-teman masih ingatkah isi catatan itu?
Yaitu suatu paham atau doktrin (yang salah kaprah) pada orang-orang tua terdahulu (khususnya tukang jahit) yang terlalu membebankan masalah dan tanggung jawab kepada anak-anaknya.
Dengan alasan, katanya anak harus berbakti kepada orang tua. Tapi sayangnya tidak seimbang antara tuntutan kewajiban si anak dengan hak sang anak.
Seperti yang saya alami, tiada henti-hentinya harus bekerja keras semenjak dari masa remaja (umur 15 tahu) sampai memasuki masa dewasa. Sehingga tanpa sadar ada bagian yang 'hilang' dalam diri saya. Ada semacam rasa yang asing sekali, yang sulit dilukiskan dan dijelaskan dengan kata-kata.
Saya (hampir) tidak pernah menjalani keindahan masa remaja. Setiap waktu selalu berjibaku dengan berbagai permasalahan hidup (kesulitan materi).
Karena begitu beratnya kesulitan hidup (pada saat itu), sehingga semua masa indah saat remaja itu harus rela saya korbankan.
Mungkin ada di antara teman-teman yang kurang mengerti maksudnya, karena bisa jadi disebabkan belum membaca catatan perjalanan saya ini secara utuh dari awal.
Oleh karena itu, berikut ini kembali saya lampirkan link terkait, yaitu seri pertama dari catatan ini : CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 1 (Menjadi tukang jahit)
Sekedar saran,,,,sebaiknya teman-teman baca dulu link diatas, supaya kisah dan jalan ceritanya bisa nyambung, tapi bagi yang sudah pernah membacanya, ya di abaikan saja. ☺
Baiklah, perjalanan kembali kita lanjut!
Tulang punggung keluarga.
Dalam budaya orang minang, anak pertama itu adalah (wajib) berperan sebagai tulang punggung dalam keluarga. Apalagi anak pertama itu seorang laki-laki.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila kebanyakan laki-laki minang era dulu, kebanyakan dari mereka menikahnya terlambat. Dan mungkin saya termasuk bagian dari laki-laki minang era dulu itu he he he he 😢😢😢
Apa sebab?
Karena seorang laki-laki minang itu harus membantu memperjuangkan biaya sekolah adik-adiknya, terutama adiknya yang perempuan sampai menikah terlebih dahulu!
Maka sungguh 'malanglah' seorang laki-laki minang (anak tertua) yang banyak mempunyai adik perempuan misal sampai 5 atau 7 orang! hehehe☺
Demikianlah!
Saya sendiri mempunyai 4 orang adik perempuan.
Yang membuat saya teramat lelah pada tahun 2007 itu, karena saat itulah saya mulai merasakan berada di puncak titik nadir. Saya ini tetaplah seorang manusia biasa, walau selalu mencoba setegar apapun,,,, namun, saya tetap punya keterbatasan.
Apa yang telah saya jalani tanpa henti sejak bertahun-tahun, mulai dari umur 15 tahun sampai berumur 29 tahun (2007), itu sudah over kapasitas sebenarnya.
Bagi teman-teman yang telah membaca seluruh catatan perjalan saya, mulai sejak dari seri ke 1 sampai seri ke 8, pasti akan mengakuinya, bahwa semua itu memang sangat berat!
Tahukah teman-teman?
Di catatan sebelumnya (kalau tidak salah catatan perjalanan usaha yang ke-5) telah pernah di ceritakan bahwa saya pernah mempunyai uang tabungan senilai 10 juta rupiah, hasil dari berdagang mati-matian selama di pasar malam.
Dan,,,Tahukan teman-teman akhirnya sebagian uang itu terpakai untuk apa?
Pada tahun 2005 sebagian uang itu di pakai untuk menambah biaya pernikahan adik perempuan saya (adik nomor 1 dibawah saya). Kemudian pada tahun 2007, sebagian sisa uang itu kembali terpakai lagi untuk menambah biaya pernikahan adik perempuan saya yang satunya lagi (adik nomor 2 dibawah saya).
Sehingga di awal tahun 2007 itu, hanya sedikit uang tabungan saya yang tersisa.
Sebenarnya,,,, tidak ada yang salah dengan semua itu, saya ikhlas,,, benar-benar ikhlas. Memang sudah kewajiban seorang kakak untuk membantu biaya adik-adiknya.
Hanya saja ada bagian yang salah.
Apa itu?
Yaitu ayah sendiri tidak pernah mempersiapkan atau menabung uang untuk biaya pernikahan anak-anaknya! Semuanya selalu di beban kepada ibu dan saya sendiri!
Entahlah, begitulah kenyataannya keadaan ayah saya,,,, karakter dan pemahamannya sangat bertolak belakang dengan karakter saya dan ibu. Ayah itu sedari saya kecil prinsipnya : sekarang ya sekarang, masalah yang besok, ya besok saja di fikirkan.
Hidupnya tidak punya konsep dan perencanaan.
Anehnya, setelah masa esok itu datang (menyekolahkan, menikahkan, dan lain-lain), ayah dengan mudahnya mengalihkan beban tanggung jawab itu kepada anak tertua dan istrinya.
Hiks,,, (sedih banget)! 😢
Tahukah teman-teman, apa penyebab akhirnya tekanan batin saya sudah tidak tertahankan lagi?
Dan pada akhirnya saya sempat harus menjalani rawat jalan di RSJ. HB. Saanin Padang itu?
Dan pada akhirnya saya sempat harus menjalani rawat jalan di RSJ. HB. Saanin Padang itu?
Penyebabnya karena saya sudah sangat sangat banyak menahan hati dan bersabar dengan semua tingkah laku ayah saat itu!
Kalau di ibaratkan, ayah itu seperti orang yang sedang menggenggam bara. Apabila keluarganya dan anak-anaknya masih bisa dia pegang (tanggung jawabnya), maka akan tetap dia genggam.
Namun bila bara (beban tanggung jawab) sudah terlalu panas, maka dia lepaskan. Dan lagi-lagi dia limpahkan beban itu kepada istri dan anak tertuanya. 😢
Dan saya selalu dalam posisi serba salah. Jujur teman,,,, posisi saya selalu serba salah!
Kalau saya nasehati secara baik-baik, eh malah jauh galakan dia (ayah) hehehe.
Mau di tegur lebih keras, tidak diperbolehkan membentak orang tua dalam agama.
Ibu juga tidak berani menegur, karena takut 'dikerasi' ayah.
Jadinya saya selalu seperti memakan buah simalakama selama bertahun-tahun.
Sebenarnya kalau saya egois, ada satu pilihan terakhir, yaitu bisa saja saya kabur dari rumah dan tidak pulang-pulang lagi. Meninggalkan semua dengan segala persoalannya.
Tapi saya tidak sampai hati meninggalkan ibu dan adik-adik.
Akhirnya,,,, saya hanya bisa bertahan sambil terus menahan hati dan perasaan yang bercampur aduk antara marah, kesal, sedih dan tidak berdaya.
Semua kisah pilu itu telah pernah saya ceritakan di artikel LIKA-LIKU KERASNYA PERJALANAN DI LEMBAH KEHIDUPAN (My Story)
Merantau ke Padang.
Saat memutuskan merantau ke Padang (setelah acara hajatan adik saya) di tahun 2007 itu, kepala saya sudah mulai sering terasa sakit. Seperti mau pecah saja rasanya.
Ketika sesampainya di kota Padang, karena sering meringkuk di tempat tidur karena tak kuasa menahan sakit kepala yang amat sangat, akhirnya paman menyuruh agar saya memeriksakan diri ke RSUD M. Jamil padang..
Setelah sampai di rumah sakit, teman-teman tahu tidak saya di suruh rujuk kemana oleh dokter?
Saya di rujuk ke rumah sakit jiwa!
Menurut keterangan dokter, urat syaraf di tengkuk kepala belakang dan leher saya itu sudah terlalu tegang. Harus diterapi dan di beri obat penenang oleh dokter pskiater. Kalau tidak, maka efeknya akan berbahaya, bisa berpeluang terkena stroke!Demikianlah keadaan saya selama dikota padang itu, benar-benar berada dipuncak titik nadir. Terkumpul semua rasa lelah, capek, sedih, depresi, dan seolah seperti orang yg terbuang.
Saya telah berusaha mati-matian merintis usaha selama bertahun-tahun belum juga menemukan jenis usaha yang cocok. Berbagai masalah dalam keluarga pun yang seolah datang tanpa ada hentinya.
Ditambah lagi dengan ayah yang karakternya sulit untuk 'dimengerti'.
Dan satu lagi yang membuat hati saya semakin bertambah sedih hingga ke lubuk yang terdalam.
Kurang lebih selama 14 tahun (sejak tahun 1993-2007) saya memperjuangkan adik-adik, seolah saya ini seperti layaknya orang tua yang punya anak lima. Tiada hentinya berjuang untuk keluarga.
Sehingga tanpa sadar untuk kebahagiaan diri saya sendiripun seperti hampir terlupakan!
Saat berangkat ke kota padang itu, uang tabungan saya yang 10 juta dulu, hanya tersisa sekitar 3 jutaan rupiah. Untuk menambah biaya terapi dan membeli obat ke pskiater (sekali berobat biayanya 100.000 sampai 150.000an) adalah dari upah sehari-hari bekerja dibengkel ban pak amaik (Suami dari bibi saya).
Bengkel ban pak amaik ini bukanlah sekedar bengkel ban motor biasa, tapi bengkel ban-ban besar seperti fuso dan bis antar provinsi. Pernahkah teman-teman melihat bengkel ban besar yang sedang membuka ban truk fuso di jalan lintas antar provinsi? Nah seperti itulah pekerjaan saya saat itu.
Berat dan keras!
Kisah bagaimana berat dan kerasnya bekerja di bengkel ban pak Amaik ini, juga telah pernah saya tulis di artikel MY STORY, DARI PADANG HINGGA JAKARTA
Cukuplah artikel diatas untuk mewakili gambaran bagaimana beratnya bekerja di bengkel pak amaik itu.
Karena kalau saya ceritakan ulang disini selain akan menjadi terlalu panjang artikel, juga kurang efisien saja rasanya kisah yang telah pernah ditulis, kemudian di tulis ulang lagi.
Jadi teman-teman cukup meng klik link diatas saja. ☺
Saya bekerja di bengkel ban ini kurang lebih hampir 3 tahun (awal 2007 - akhir 2009). Selama bekerja di bengkel itu, berhasil saya kumpulkan hasil bersihnya ke dalam tabungan.
Jumlahnya sekitar 15 juta rupiah.
Uang itulah yang saya pakai untuk modal awal merintis mainan di jakarta (2010). ☺
Oh iya,,,, Ada satu hal yang cukup menggelitik diri saya sendiri.
Sebenarnya kalau saya fikir dan di ingat ulang pada saat ini, keadaan saya waktu dipadang itu bisa dibilang agak unik juga. Mungkin juga aneh heheheh ☺☺☺
Kenapa aneh?
Bagimana tidak?
Sebab, biasanya ciri khas orang yang sedang mengalami depresi itu adalah sama sekali tidak mau bekerja dan sangat berat untuk melakukan aktifitas apapun.
Eeeh,,, saya malah bekerja di bidang usaha yang paling berat, bahkan bisa mencari biaya untuk berobat sendiri hehehe ☺☺☺
Ternyata masih bisa juga ya orang yang sedang depresi dan setiap waktu kepalanya seakan mau pecah itu untuk berfikir dan berusaha? ☺☺
Pertanyaannya : Kekuatan apakah yang membuat saya sanggup bertahan dan menghadapinya saat itu?
Karena,,,,,,,,,,,,,,,Ya apa boleh buat!
Saya tidak punya pilihan lain selain bersabar!
Kenyataan harus tetap dihadapi!
Apakah saya ada pilihan lain?
Apakah lantas saya harus menyerah?
Menyalahkan nasib?
Atau malah menyalahkan Tuhan??
Semuanya hanya bisa saya jalani dengan sabar, saat itu yang membuat saya tetap kuat dan mampu bertahan adalah doa yang selalu saya pinta di setiap bersujud dihadapanNYA.
Dan alhamdulillah akhirnya kesabaran saya tidak sia-sia teman-teman,,,,,,,,,,
Akhirnya semua telah dijawab dan di kabulkanNya sekitar dalam jangka waktu 2 tahun kemudian, yaitu tahun 2010 saat saya membuka toko mainan.
Semenjak itulah jalan mulai terbuka lebar dan rezeki tercurah bagaikan air yang mengalir deras sampai sekarang. Sebagai imbalan dari kesabaran dan pengorbanan saya terhadap semua adik-adik dan keluarga saya. ☺
Baiklah teman-teman,,,, akhirnya akan tiba kita di ujung kisah yang akan saya ceritakan di catatan perjalanan usahaku bagian 10 nanti.
Sampai di sini dulu ya, lanjutannya akan saya segera saya tulis dan release secepatnya hehehe.
Salam sukses selalu untuk semuanya.
Penulis by : Bang izal.
Ini sudah terlihat bagus
ReplyDeleteYg bagus apanya dulu nih om Memet? 😁
DeleteTemplatenya atau blognya?