Catatan Perjalanan Usahaku Bagian 7 (Berdagang Buku Sekolah)
Hallo.
Apa kabar teman-teman semua.
Setelah sempat vakum selama 6 hari, akhirnya saya kembali ada waktu luang untuk di manfaatkan menulis artikel.
Seperti biasa, sebagaimana halnya di waktu yang lain, kesibukan saya dalam sehari- hari cukup banyak. Di antaranya mengurus toko offline dan toko online.
Selain itu, minimal dalam sekali seminggu saya juga selalu berbelanja untuk restok barang (mainan) ditoko.
Demikianlah,,,,, kegiatan yang seolah tidak ada habisnya.
Namun walau begitu, saya selalu memotivasi diri sendiri agar segala kesibukan itu jangan di jadikan beban, tapi jadikan sebagai pemacu agar kita menjadi pribadi yang dinamis.Pribadi yang selalu bergerak dan berkembang!
Jika telah selesai urusan yang satu, maka kerjakanlah urusan yang lainnya!Bukankah di dalam kitab suci kita juga ada di perintahkan seperti itu?
Baiklah!
Sekarang saatnya kita lanjutkan seri artikel catatan perjalanan yang di maksud.
Di artikel sebelumnya yaitu CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 6 (Belajar dagang sate Padang) telah saya kisahkan bahwa akhirnya saya kembali mengalami kegagalan di bidang usaha yang ke sekian kali saya coba rintis itu.
Yaitu belajar dan berdagang sate Padang.
"Emang sebab gagalnya kenapa bang Izal?"
Wah, bisa panjang kalau di ceritakan ulang di sini hehehehehehh 😂
Jadi bagi yang belum membaca seri sebelumnya, silahkan klik saja link diatas.
Nah, setelah mengalami kegagalan dalam merintis di bidang kuliner, saya kembali memutar otak. Kira-kira usaha apalagi yang akan saya jalani?
Dalam waktu 2 bulan (setelah memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis di bidang kuliner tersebut), pekerjaan saya hanya berputar-putar di area sekitar Ciracas, Kramat jati, Depok, Pasar Minggu, hingga ke Bogor.
"Berputar-putar ngapain bang Izal?"
Berputar-putar cari angin! Wkwkwkwk 😂
Ya ngapain lagi kalau bukan mencari peluang usaha baru Hehehe 😊.
Selain mencari peluang dan lokasi dagangan, saya juga datang berkunjung ke rumah teman-teman sesama pedagang di pasar malam dahulu.
Untuk mendengar kabar sekaligus berdiskusi dan minta pendapat mereka, kira-kira usaha apalagi yang bagus prospeknya untuk saya rintis dan di jalani.
Beberapa dari mereka ada yang menyarankan saya untuk berdagang jam tangan. Saat itu (tahun 2006) memang sedang laris manisnya produk yang grosirannya berlokasi di daerah Pasar Senen tersebut.
Tiga hari kemudian saya pun berangkat ke Pasar Senen. Tapi, entah kenapa sesampainya di sana tiba-tiba rencana saya berubah,
Apa sebab?
Karena di sana saya juga melihat ada peluang lain yang tidak kalah bagus dan menjanjikan, yaitu berdagang buku mewarnai.
Saat itu barulah saya tahu, ternyata di sana (pasar Senen) pusat grosirannya buku mewarnai untuk anak TK tersebut.
Teman-teman,,,,,Penyebab saya akhirnya tertarik menjual buku mewarnai itu sebenarnya ada pula latar belakang di beberapa waktu sebelumnya.
Kira-kira sebulan sebelumnya, sepulang dari sholat Jumat di Masjid yayasan sekolah Islam PB. Jenderal Soedirman Cijantung, saya melihat seorang pedagang yang menjual buku mewarnai anak TK tersebut, begitu laku keras dagangannya.
Sampai-sampai dia kewalahan untuk melayani pembeli yang rata-rata kaum ibu-ibu tersebut.
Untuk bisa mengorek informasi, sayapun sengaja membeli buku tersebut. Dengan maksud, kalau saya membeli produknya, (dalam fikiran saya saat itu) si Abang tukang buku itu mau memberi tahu di mana tempat berbelanja barangnya.
Berhasilkah saya teman-teman?Jawabannya : No! Hehehe 😂
Yah, bisa di maklumi sih sebenarnya, karena yang saya tanyakan itu adalah 'rahasia perusahaan ', terang saja si Abang tukang buku itu tidak mau memberi tahu . 😊
Nah, secara tidak sengaja saat akan berbelanja produk jam tangan yang telah saya rencanakan untuk dagangan selanjutnya, eh malah ketemu tempat 'channelnya' buku mewarnai tersebut.
Pertimbangan lain, penyebab saya lebih memilih menjual buku, karena buku nyaris tidak memerlukan perawatan apapun. Yang penting bukunya jangan sampai terkena air saja, karena bisa melar alias memuai bukunya Hehehe.
Sedangkan kalau berdagang jam?
Hhhhhhh..,,, tiap sebentar harus selalu di lap supaya tidak bulukan, tidak boleh terkena embun apalagi air. Soalnya bisa karatan si do'i.
Kenapa saya bisa tahu?
Karena teman-teman saya banyak pedagang jam tangan murah meriah tersebut.Produk jam tangan murah dari Senen itu, entah sudah versi KW yang ke berapa, kita sama-sama maklum sajalah, ada harga pasti ada rupa 😁.
Berdagang di acara 'simulasi' latihan manasik haji anak TK.
Pada awal tahun 2006 itu terasa sangat 'gurih' sekali bagi saya berdagang buku mewarnai ini.
Bayangkan saja, modalnya pada saat itu 1.000 rupiah per 1 pcs buku. Saya jual dengan cara di obral rata-rata 10.000 rupiah per 3 pcs buku.
Bayangkan saja, modalnya pada saat itu 1.000 rupiah per 1 pcs buku. Saya jual dengan cara di obral rata-rata 10.000 rupiah per 3 pcs buku.
Jadi dalam sekali transaksi (tiap 3 pcs), saya mendapatkan keuntungan 7.000 rupiah. Margin yang saya dapat mencapai di atas 100 persen!
Pada awal berdagang buku itu, saya memilih mencari lokasi berjualan di sekolah-sekolah TK area sekitar Condet.
Kalau tiap hari Jumat, saya menggelar dagangan di depan masjid At-Tin TMII atau ke pelataran masjid Yayasan sekolah PB. Jenderal Soedirman Cijantung.
Mungkin diantara teman-teman ada yang penasaran, "Trus bagaimana reaksi pedagang buku yang telah ada sebelumnya dan dulu juga pernah abang tanyakan tempat grosiran buku itu bang Izal?"
Ya gak gimana-gimana, dia cuma diam aja hehehehehehh 😊😁Ya tentunya dia sama sekali tidak bisa melarang saya ikut berjualan. Karena semua orang punya hak yang sama dalam berdagang.
Walau begitu, saya pun pastinya juga harus punya etika, apa itu?
Jangan pernah sekali-kali menjatuhkan harga pasaran! Apalagi kita pedagang yang datang belakangan, harus mengikuti pasaran harga yang telah di tetapkan oleh pedagang sebelumnya.
Etika inilah yang sering di langgar oleh sebagian pedagang lain, apalagi pedagang di kaki lima.
Yaitu praktek menjatuhkan harga pasaran, sehingga sering menyebabkan suatu produk yang tadinya sedang bagus prospeknya tiba-tiba jatuh terjun bebas ke jurang paling bawah.
Baiklah, topik utama kembali kita lanjut!
Suatu ketika, saat berdagang di hari Jumat ke masjid At-Tin taman mini, saya berkenalan dengan seorang pedagang boneka.
Saat sedang ngobrol, dia mengatakan kepada saya bahwa buku mewarnai ini pasti akan 'meledak' kalau di jual di acara manasik haji anak-anak TK.Si Abang boneka itupun kemudian mengajak saya berdagang disana.
Kebetulan pada hari berikutnya, yaitu hari rabu akan di adakan acara anak TK tersebut di masjid asrama haji Pondok gede.
Karena ingin tahu, juga karena penasaran, sebab sebelumnya saya belum pernah berdagang di acara seperti itu, akhirnya saya menyetujui ajakan si Abang pedagang boneka tersebut.
Hari Rabu, sesampainya saya di sana, apakah yang saya lihat teman-teman?
Masya Allah!Itu semua anak-anak TK jumlahnya sudah seperti semut, mencapai ribuan!Meluber penuh dari dalam mesjid sampai ke sekeliling sekitar area asrama haji Pondok gede tersebut.
Acara ini biasanya di mulai dari jam 8 pagi, di tandai dengan berdatangannya rombongan Bus dari berbagai sekolahan TK di seantero Jakarta.Dan acara biasanya berakhir dan bubar setelah sholat Zuhur.
Teman-teman,,,,ada hal yang paling sulit untuk di dapatkan kalau kita mengikuti dan berdagang di acara manasik haji ini, apa itu?Yaitu sangat sulitnya mendapatkan informasi kapan dan di mana acara manasik Haji anak TK berikutnya akan berlangsung!
Kenapa sulit?
Karena acara ini termasuk acara internal sekolah. Kita tidak akan mengetahui dimana acara akan di langsungkan terkecuali mempunyai kenalan seorang guru atau pengurus sekolah.
Selain itu, kalaupun seseorang pedagang sudah mendapatkan info acara, biasanya hanya di beritahukan kepada saudara atau teman-teman terdekatnya saja, dengan syarat tidak di bocorkan kepada pedagang yang lain.
Apa motifnya sehingga kebanyakan pedagang merahasiakan info keberlangsungan acara manasik TK tersebut?
Karena kalau info menyebar dengan mudah, maka semua pedagang akan berlomba-lomba pergi menuju acara tersebut. Sehingga bisa jadi di antara pedagang yang datang itu ada jenis dagangannya yang sama dengan si pemilik info pertama kali.
Apa Kesimpulannya?
Secara logika otomatis jadi banyak saingan dong,,,, Hehehehehehh 😊
Nah kalau pedagang yang datang hanya sedikit, otomatis akan jadi panen besar, karena calon pembelinya saja mencapai ribuan orang.
Makanya sangat jarang pedagang yang telah mendapatkan info acara mau memberitahu yang lain.
Bahkan ada kejadian pedagang yang mau membayar sejumlah uang tertentu demi mendapatkan info yg valid.Itupun terkadang si pemilik info pertama tetap tidak mau memberitahunya, walau telah di sodorkan sejumlah uang.
Nah,,,, sulitnya mendapatkan informasi itu, memang sebanding dengan hasil yang akan kita dapatkan.
Apabila kita benar-benar mendapatkan info yang valid dan bisa berdagang di acara manasik haji tersebut, apapun jenis dagangannya insya Allah akan 'MELEDAK'.
Panen besar!
Wajar saja, kebanyakan yang ikut acara itu kan anak-anak balita. Yang namanya anak balita pasti senang jajan.
Dan momen manasik haji itu ada semacam kesan yg tersendiri. Karena begitu banyaknya peserta, sehingga terasa bagi para orang tua murid, (bahkan para pedagang juga merasakan) seolah-olah seperti keadaan sedang pesta atau hari raya.
Seperti yang telah sama-sama kita ketahui, kalau momen pesta atau lebaran itu adalah saat yang di anggap lumrah untuk berbelanja.
Seperti itulah kira-kira.
Maka tidaklah mengherankan setiap mengikuti acara manasik haji ini buku mewarnai saya selalu habis ludes terjual.
Biasanya saya membawa 500 sampai 700 pcs buku. Selesai acara tersisa 100 atau 150an pcs buku.
Omset yang di dapat tiap sekali acara kisaran 800.000 sampai 1 jutaan.
Bukanlah jumlah yang sedikit untuk nilai rupiah pada tahun 2006an. Seingat saya harga BBM (premium) saja saat itu masih Rp. 4.500 per liter.
Bagaimana? Guriiih Khan teman-teman? Hehehe 😊
Dalam berdagang di acara manasik haji ini saya mengadopsi teknik yang di pakai oleh para pedagang buah di bus antar daerah.
"Maksudnya bagaimana bang Izal?"
Begini teman-teman,,,,acara manasik TK ini bisa di katakan hanya berlangsung pada saat itu saja dan hanya untuk wilayah atau mesjid yang sedang berlangsung acara tersebut.
Misalkan acaranya berlangsung di masjid Istiqlal, maka setelah acara pada hari itu selesai, akan butuh waktu paling cepat 3 bulan berikutnya, barulah akan ada acara manasik haji anak TK lagi di tempat yang sama.
Terkadang bisa sampai 6 bulan kemudian.
Nah, kalau momen seperti itu, teknik yang paling tepat di pakai adalah :
Pada saat acara baru di mulai sekitar jam 8.00 sampai jam 10.00 pagi, saya obral dengan harga standar, yaitu 10.000 rupiah per 3 pcs buku.
Jam 10 sampai 11 menjelang siang, mulai saya turunkan harga jual menjadi 10.000 per 4 pcs buku.
Jam 11 sampai 12 siang saya turunkan lagi harga obralnya menjadi 10.000 per 5 pcs buku.
Nah!
Jam 12.30 menjelang bubar acara saya banting harga lagi menjadi 10.000 per 6 pcs buku!
Dengan strategi banting harga yang paling terakhir inipun saya masih mendapatkan margin 4.000 rupiah!
Dalam sekali acara saya bisa mendapatkan omset rata-rata 800.000 sampai paling tinggi 1.000.000 rupiah!
Untuk ukuran nilai rupiah pada tahun 2006, itu jumlah omset yg cukup besar teman-teman!
Acara manasik haji anak TK ini sempat saya ikuti kurang lebih selama 3 bulan.
Cukup Singkat ya teman-teman?
Ya memang singkat, sebab acara manasik TK ini memang bersifat temporer, hanya diadakan beberapa kali dalam setahun.
Setelah selesai, maka acara akan di adakan pada tahun berikutnya.
Setelah habis masa acara manasik haji ini, saya pun kembali berdagang keliling. Berpindah-pindah dari satu sekolah TK ke sekolah TK yang lain.
Kembali terulang, Lagi-lagi pasaran harga buku hancur,,,...,,,,
By the way,,,,
Saya mau bahas satu poin penting dari uraian di atas, yaitu :
Saya mau bahas satu poin penting dari uraian di atas, yaitu :
Kurang lebih seperti itulah contoh teknik membanting harga yang cerdas dan paling tepat. Membanting harga untuk kepentingan strategi dan hanya di lakukan pada situasi tertentu.
Membanting harga seperti ini pun relatif tidak akan berefek ke hancurnya harga pasaran di tempat itu, sebab sifatnya pasar mendadak atau pasar kaget, hanya berlangsung sekitar 5 jam, setelah itu bubar!
Justru kalau kita menahan harga di momen "sekali seabad" yang sangat singkat waktu berlangsungnya seperti acara manasik TK tersebut, malah menjadi kurang tepat.
Karena belum tentu akan ada lagi di waktu dekat, acara dengan peserta mencapai ribuan seperti itu di tempat lain.
Di SITU letak POINnya!
Kesalahan yang terjadi pada kebanyakan pedagang, mereka menjatuhkan harga dengan cara yang tidak tepat.
Praktek banting membanting harga yang secara serampangan telah pernah saya kritik tajam di Artikel Perang Harga di Toko Online (dan Offline) Semakin Marak Terjadi (Adakah Solusinya?)
Motif praktek banting harga secara serampangan ini bukanlah untuk strategi, tapi semata hanya karena ingin menjatuhkan pedagang lain.
Atau bisa juga karena memang sudah pada dasarnya suka memilih bersaing dengan cara instan dan paling mudah, tidak perlu berfikir teknik strategi yang ribet dan rumit.
Tidak pernah pula memikirkan efek jangka panjangnya.
Tinggal banting harga serendah-rendahnya, setelah itu 'selesai'!
Malah ada yang saling menghancurkan harga di lapak tetapnya sendiri, tempat dia setiap hari mencari nafkah.
Jika harga di lapak tetap kita telah hancur, tempat periuk nasi kita sehari-hari telah jatuh dan rusak, maka lebih baik berhenti saja berdagang atau cari saja usaha yang lain, karena hanya akan membuang-buang waktu alias buang tenaga saja.
Kerja bakti!
Seperti itulah keadaan yang kembali terulang pada usaha saya yang ke sekian kalinya ini. Yang memaksa saya akhirnya meninggalkannya.
Gurihnya berdagang buku mewarnai anak TK ini hanya bisa saya nikmati selama kurang lebih 6 bulan.
Setelah itu mulai banyak orang yang menirunya. Kalau cuma meniru sih tidak masalah.
Yang banyak terjadi, sudah meniru menghancurkan harga pula.
Hhhhhhh 😂
Menjelang akhir tahun 2006 itu harga pasaran buku sudah anjlok ke tingkat yang paling bawah.
Dari tadinya 3 buku 10.000 rupiah, terjun bebas menjadi 3 buku 5.000 rupiah.
Desember 2006 akhirnya saya putuskan untuk meninggalkan usaha menjual buku anak sekolah ini.
Setelah itu, kemanakah lagi langkah saya teman-teman?
Yup! Akhirnya saya berpetualang lebih jauh, yaitu ke kota Padang!
Bagaimana kisahnya?
Nanti akan saya lanjutkan tulis dan release secepatnya di seri selanjutnya berjudul : CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 8 (Jatuh lagi, Bangun lagi)
Baiklah teman-teman semua, sampai di sini dulu ya. Sudah panjang lebar sekali saya berkisah dan bercerita di seri catatan yang ke 7 ini.
Semoga sukses selalu untuk teman-teman semua.
Salam.
Penulis by : Bang Izal.
Post a Comment for "Catatan Perjalanan Usahaku Bagian 7 (Berdagang Buku Sekolah)"