Antara Harta, Kehormatan dan Kebahagiaan
Alhamdulillah, di waktu ba'da subuh ini saya kembali berkesempatan untuk menulis artikel.
Sudah sejak hari kemarin toko offline saya tutup karena pergi menjenguk ibu mertua yang sedang di rawat di salah satu rumah sakit wilayah Tangerang.
Begitu dinginnya ruang rawat ber-Ac pada lantai tingkat ke delapan ini membuat saya semalaman tidak bisa tidur.
Akhirnya, setelah sholat subuh lantas saya raih HP smartphone kemudian mulai mengetikan jemari di atas tuts keyboardnya.
Banyak orang bilang kalau umur 68 tahun itu berarti telah mendapat bonus umur 5 tahun.
Menurut penuturan istri saya, ibunya itu sudah berumur kurang lebih 68 tahunan. Sungguh beliau sudah mulai memasuki usia senja.
Semoga beliau secepatnya di beri kesembuhan dan di tambahkan lagi bonus panjang umur oleh Allah yg Maha Kuasa, Aammiin.
Demikianlah alur kehidupan yang sudah menjadi sunatullah, hukum alam.
Semua keadaan pasti akan selalu berpasang-pasangan.
Ada masa muda, pasti akan di iringi dengan datangnya masa tua. Ada saat kita sehat, pasti suatu saat ada masanya kita akan jatuh sakit.
Ada masa senang pasti akan ada masa susah. Berlaku juga sebaliknya, jika sedang mengalami masa sulit, maka bersabarlah, pasti akan tiba juga saatnya masa bahagia.
Semua akan selalu datang silih berganti.
Jika ada orang yang merasa hidupnya selalu mudah, maka justru di situlah 'kesulitan' dia yang sesungguhnya!
Karena dia tidak akan pernah merasakan nikmatnya dinamika kehidupan!
Sebuah analogi sederhana,
Bukankah seseorang akan bisa merasakan nikmatnya rasa kenyang setelah sebelumnya merasakan lapar terlebih dahulu?
Kalau ada orang mengaku atau ingin perutnya selalu terasa kenyang, justru malah akan menjadi aneh, mungkin dia bukanlah manusia, tapi hanya seonggok robot yang berbentuk daging.
Sama juga, kalau ada orang yang hidupnya dalam segala hal terlalu begitu mudah di raih dan di dapatkan, misal karena orang tuanya kaya raya tajir melintir.
Bila terlintas ingin punya mobil mewah Lamborghini, tinggal minta sama papi atau maminya, besok langsung datang orang mengantarkan mobil mewah itu ke rumah.
Di lain waktu kepingin jadi CEO perusahaan, maka tinggal mengambil posisi dan tempat duduk paling utama di salah satu perusahaan milik bapaknya.
Ingin yang ini tinggal pesan, ingin yang itu tinggal minta. Semua datang dan dia dapatkan begitu mudah.
Kalau sudah begitu, lantas apakah hidupnya menjadi tidak pernah ada masalah?
SALAH BESAR!
Justru karena semua serba terlalu mudah itulah sumber masalah dan kesulitan dia!
Apa sebab?
Dia sendiri di dalam lubuk hatinya yang paling dalam senantiasa merasa canggung dan tiada rasa kepercayaan diri.
Tidak pernah merasakan bagaimana nikmat hasil dari perjuangan.
Maka jangan heran, kalau ada orang kaya raya, semua serba ada tapi malah bunuh diri atau terjerat pemakaian narkoba,
karena merasa tidak pernah bahagia.
Aneh?
Ya sebab kebanyakan dari kita hanya melihat dari satu sisi saja, hanya kulit luarnya saja. Yaitu materi, dan melupakan sisi personality atau kepribadian (jiwa).
Kita jangan lupa, bahwa materi tidak bisa mendatangkan kebahagiaan sepenuhnya.
Materi itu hanyalah alat!
Sedangkan kebahagiaan itu adanya di dalam hati. Tidak bisa diukur dan di beli dengan materi yang setara dengan emas sebesar gunung Uhud sekalipun!
Kita coba lihat dari sisi yang lain. Seorang yang dari kalangan orang biasa, bahkan miskin.
Contoh seorang pemulung.
Walau miskin dan sama sekali tidak punya harta apa-apa, apatah lagi warisan uang ratusan milyar dari orang tuanya.
Janganlah di khayalkan.
Karena jauh panggang dari api!
Tapi dia selalu berjuang dengan sungguh-sungguh dari bawah, dari NOL.
Mengumpulkan dari pulungan demi pulungan, rongsokan demi rongsokan.
Setahun kemudian karena kegigihannya dia berhasil membangun sebuah pondok kecil di suatu tanah kosong yang dia sewa.
Pondok kecil itu dia gunakan untuk menampung kumpulan setiap rongsokan yang berhasil dia dapatkan.
Terus giat berusaha hingga 3 tahun kemudian dia mulai mampu membeli hasil Pulungan dari pemulung lain. Mulai belajar menjadi agen pemulung.
Semua pulungan itu terus di kumpulkan, hingga lama kelamaan tidak muat lagi di pondok kecilnya itu.
Akhirnya 5 tahun kemudian dia membeli tanah kosong itu dan membangun tempat penampungan yang besar diatas tanah kurang lebih 200 meter tersebut.
Kini kabarnya agen pemulung itu telah lebih 10 tahun berdiri. Menjadi salah satu agen pemulung terbesar di area sekitar wilayah saya ( agen pulungan ini berlokasi sekitar 800 meter dari toko saya).
Sekarang pendirinya itu telah memiliki beberapa truk colt diesel, rumah permanen yang cukup besar dan bangunan seluas 200 meter tempat penampungan agen pulungan tersebut.
Apakah dia (pendiri agen pulungan itu) mampu membeli Lamborghini sebagaimana anaknya orang kaya tajir melintir yang bisa dengan amat mudah mendapatkannya diatas?
Oh, mungkin si Abang agen pulungan ini tidak akan pernah mampu membeli Lamborghini yang harganya bisa mencapai puluhan milyar tersebut.
Tapi ada hal yang jauuuuuuh lebih mahal miliknya yang tidak di miliki si anak tajir tadi, yaitu personality, karakter, kemandirian dan rasa hormat!
Bila ditanyakan dan di suruh menjawab secara jujur kepada setiap orang : "manakah yang akan lebih dipandang dan lebih mereka hargai pada dua sisi diatas?"
Pasti rata-rata akan menjawab : si Abang agen pemulung!
Dan nilai seseorang bukanlah di ukur dari miskin dan kayanya, tapi bagaimana dia mampu berjuang dalam hidup dan bisa menjadi manusia yang dinamis, berkarakter, bermanfaat, dan punya kehormatan.
Manusia seutuhnya!
Soal miskin ataupun kaya, keduanya sama-sama cobaan dalam hidup!
Penulis by : Bang izal.
Sudah sejak hari kemarin toko offline saya tutup karena pergi menjenguk ibu mertua yang sedang di rawat di salah satu rumah sakit wilayah Tangerang.
Begitu dinginnya ruang rawat ber-Ac pada lantai tingkat ke delapan ini membuat saya semalaman tidak bisa tidur.
Akhirnya, setelah sholat subuh lantas saya raih HP smartphone kemudian mulai mengetikan jemari di atas tuts keyboardnya.
Banyak orang bilang kalau umur 68 tahun itu berarti telah mendapat bonus umur 5 tahun.
Menurut penuturan istri saya, ibunya itu sudah berumur kurang lebih 68 tahunan. Sungguh beliau sudah mulai memasuki usia senja.
Semoga beliau secepatnya di beri kesembuhan dan di tambahkan lagi bonus panjang umur oleh Allah yg Maha Kuasa, Aammiin.
Demikianlah alur kehidupan yang sudah menjadi sunatullah, hukum alam.
Semua keadaan pasti akan selalu berpasang-pasangan.
Ada masa muda, pasti akan di iringi dengan datangnya masa tua. Ada saat kita sehat, pasti suatu saat ada masanya kita akan jatuh sakit.
Ada masa senang pasti akan ada masa susah. Berlaku juga sebaliknya, jika sedang mengalami masa sulit, maka bersabarlah, pasti akan tiba juga saatnya masa bahagia.
Semua akan selalu datang silih berganti.
Dalam tiap kesenangan, senantiasa akan ada di iringi dengan kesusahan dan sebaliknya. Di balik setiap kesulitan, ada di iringi oleh kemudahan.
Semua itulah yang akan membuat hidup menjadi dinamis.
Seimbang!
Tidak ada pula hidup yang selalu mudah saja sepanjang waktu, karena kalau ada orang yang mengaku ingin hidupnya selalu senang-senang saja, semua mudah-mudah saja, maka sesungguhnya dia bukanlah manusia seutuhnya.Jika ada orang yang merasa hidupnya selalu mudah, maka justru di situlah 'kesulitan' dia yang sesungguhnya!
Karena dia tidak akan pernah merasakan nikmatnya dinamika kehidupan!
Sebuah analogi sederhana,
Bukankah seseorang akan bisa merasakan nikmatnya rasa kenyang setelah sebelumnya merasakan lapar terlebih dahulu?
Kalau ada orang mengaku atau ingin perutnya selalu terasa kenyang, justru malah akan menjadi aneh, mungkin dia bukanlah manusia, tapi hanya seonggok robot yang berbentuk daging.
Sama juga, kalau ada orang yang hidupnya dalam segala hal terlalu begitu mudah di raih dan di dapatkan, misal karena orang tuanya kaya raya tajir melintir.
Bila terlintas ingin punya mobil mewah Lamborghini, tinggal minta sama papi atau maminya, besok langsung datang orang mengantarkan mobil mewah itu ke rumah.
Di lain waktu kepingin jadi CEO perusahaan, maka tinggal mengambil posisi dan tempat duduk paling utama di salah satu perusahaan milik bapaknya.
Ingin yang ini tinggal pesan, ingin yang itu tinggal minta. Semua datang dan dia dapatkan begitu mudah.
Kalau sudah begitu, lantas apakah hidupnya menjadi tidak pernah ada masalah?
SALAH BESAR!
Justru karena semua serba terlalu mudah itulah sumber masalah dan kesulitan dia!
Apa sebab?
Karena dia sudah tidak punya sisi personality lagi, tidak memiliki karakter, kepribadian dan kemandirian.
Apalagi sisi 'rasa hormat'!Dia sendiri di dalam lubuk hatinya yang paling dalam senantiasa merasa canggung dan tiada rasa kepercayaan diri.
Terasa di dalam hatinya, orang memandang dirinya hanya karena bapaknya. Mau protes tapi fakta tidak mampu dia bantah.
Uang dan fasilitas berlimpah tapi terasa kosong dan hampa, mudah didapat tapi mudah pula di habiskan.Tidak pernah merasakan bagaimana nikmat hasil dari perjuangan.
Maka jangan heran, kalau ada orang kaya raya, semua serba ada tapi malah bunuh diri atau terjerat pemakaian narkoba,
karena merasa tidak pernah bahagia.
Aneh?
Ya sebab kebanyakan dari kita hanya melihat dari satu sisi saja, hanya kulit luarnya saja. Yaitu materi, dan melupakan sisi personality atau kepribadian (jiwa).
Kita jangan lupa, bahwa materi tidak bisa mendatangkan kebahagiaan sepenuhnya.
Materi itu hanyalah alat!
Sedangkan kebahagiaan itu adanya di dalam hati. Tidak bisa diukur dan di beli dengan materi yang setara dengan emas sebesar gunung Uhud sekalipun!
Kita coba lihat dari sisi yang lain. Seorang yang dari kalangan orang biasa, bahkan miskin.
Contoh seorang pemulung.
Walau miskin dan sama sekali tidak punya harta apa-apa, apatah lagi warisan uang ratusan milyar dari orang tuanya.
Janganlah di khayalkan.
Karena jauh panggang dari api!
Tapi dia selalu berjuang dengan sungguh-sungguh dari bawah, dari NOL.
Mengumpulkan dari pulungan demi pulungan, rongsokan demi rongsokan.
Setahun kemudian karena kegigihannya dia berhasil membangun sebuah pondok kecil di suatu tanah kosong yang dia sewa.
Pondok kecil itu dia gunakan untuk menampung kumpulan setiap rongsokan yang berhasil dia dapatkan.
Terus giat berusaha hingga 3 tahun kemudian dia mulai mampu membeli hasil Pulungan dari pemulung lain. Mulai belajar menjadi agen pemulung.
Semua pulungan itu terus di kumpulkan, hingga lama kelamaan tidak muat lagi di pondok kecilnya itu.
Akhirnya 5 tahun kemudian dia membeli tanah kosong itu dan membangun tempat penampungan yang besar diatas tanah kurang lebih 200 meter tersebut.
Kini kabarnya agen pemulung itu telah lebih 10 tahun berdiri. Menjadi salah satu agen pemulung terbesar di area sekitar wilayah saya ( agen pulungan ini berlokasi sekitar 800 meter dari toko saya).
Sekarang pendirinya itu telah memiliki beberapa truk colt diesel, rumah permanen yang cukup besar dan bangunan seluas 200 meter tempat penampungan agen pulungan tersebut.
Apakah dia (pendiri agen pulungan itu) mampu membeli Lamborghini sebagaimana anaknya orang kaya tajir melintir yang bisa dengan amat mudah mendapatkannya diatas?
Oh, mungkin si Abang agen pulungan ini tidak akan pernah mampu membeli Lamborghini yang harganya bisa mencapai puluhan milyar tersebut.
Tapi ada hal yang jauuuuuuh lebih mahal miliknya yang tidak di miliki si anak tajir tadi, yaitu personality, karakter, kemandirian dan rasa hormat!
Bila ditanyakan dan di suruh menjawab secara jujur kepada setiap orang : "manakah yang akan lebih dipandang dan lebih mereka hargai pada dua sisi diatas?"
Pasti rata-rata akan menjawab : si Abang agen pemulung!
Demikianlah,,, Oleh karena itu, kalau ada di antara kita yang di takdirkan oleh Tuhan sebagai orang 'tidak berpunya', janganlah pernah berkecil hati.
Takdir tidak akan pernah bisa kita tolak, namun kita bisa berikhtiar merubahnya.Dan nilai seseorang bukanlah di ukur dari miskin dan kayanya, tapi bagaimana dia mampu berjuang dalam hidup dan bisa menjadi manusia yang dinamis, berkarakter, bermanfaat, dan punya kehormatan.
Manusia seutuhnya!
Soal miskin ataupun kaya, keduanya sama-sama cobaan dalam hidup!
Penulis by : Bang izal.
pada intinya harus semangat hidup ya gan hahaha
ReplyDelete